Peran Khadijah dalam islam belum sepenuhnya dihargai. Pengaruhnya pada Muhammad tidak dapat ditekankan secara berlebihan. Khadijah harusnya dianggap sebagai partnernya Muhammad dalam kelahiran Islam. Tanpa dia, mungkin, Islam tidak akan pernah ada.
Kita tahu bahwa Khadijah memuja suami mudanya. Tidak ada laporan bahwa Muhammad pernah bekerja setelah menikahi Khadijah. Setelah pernikahan, bisnis Khadijah kelihatannya menurun tajam. Ketika dia meninggal, keluarganya menjadi melarat.
Muhammad tidak mengurus anak-anaknya juga. Ditolak oleh dunia nyata, dia habiskan waktunya sendiri dalam gua2, mengundurkan diri kedunia khayalan dan renungan. Kadang dia membawa makanan utk berhari-hari, kembali hanya ketika makanan sudah habis. Lalu dia akan menuju kekota, mengambil bekal lagi dan kembali.
Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anak dia sendirian. Tapi dia tidak mengeluh. Dia tidak saja mengurus anak2nya dan rumah tapi juga suami mudanya, yang bertingkah laku seperti anak kecil yang tidak bertanggung jawab. Tapi Khadijah senang berkorban. Kenapa?
Ini adalah pertanyaan yang penting. Jawabannya adalah bahwa Khadijah sendiri punya kelainan pribadi. Dia punya penyakit yang jaman kita sekarang disebut co-dependent (ketergantungan). Pengetahuan ini akan menolong kita utk mengerti kenapa dia berdiri disamping suaminya dan mendorong dia melanjutkan karir kenabiannya.
The National Mental Health Association (NMHA) mendefinisikan co-dependency sebagai: “Kelakuan yang dipelajari yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Hal ini adalah sebuah kondisi perangai dan emosi yang mempengaruhi kemampuan seorang individu utk mendapat hubungan yang memuaskan kedua belah pihak dan sehat. Juga dikenal sebagai “relationship addiction” (ketagihan hubungan) karena orang dengan co-dependency sering membentuk atau mempertahankan hubungan yang satu pihak saja, yang secara emosional merusak dan/atau menghina. Penyakit ini pertama diidentifikasi sekitar 10 tahun lalu dari hasil bertahun2 mempelajari hubungan2 antar manusia dalam keluarga alkoholik. Kelakuan Co-dependent dipelajari dengan mengamati dan meniru anggota keluarga lain yang menunjukkan kelakuan tipe ini.” [14]
[14] http://www.nmha.org/infoctr/factsheets/43.cfm
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah. Tapi ketika dia melihat anak muda ini yang tak dimiliki siapapun, Muhammad yang butuh uang, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu utk memintanya melamar dia.
Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat wanita berkuasa terpukau. Ini, betapapun, adalah sebuah pengertian yang dangkal mengenai dinamika kompleks.
Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya utk mengambil dia. Dia memanggil ayah utk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, ayahnya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan?” [15]
[15] Persian Tabari v. 3 p.832
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Khuwaylid lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di fait accompli dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri Khadijah.
Bukti2 menandakan bahwa ayahnya Khadijah adalah seorang pemabuk. Khadijah mestinya tahu kelemahan ayahnya ini hingga dia merancang rencana yang begitu berani. Orang2 yang ketagihan alkohol cenderung lepas kontrol dan mabuk. Orang2 non alkohol minum dengan cukupan dan tahu kapan utk berhenti. Ketika Khuwaylid mabuk, pestanya belum lagi mulai dan para tamu belum lagi datang. Hal ini memberitahukan kita bahwa dia bukanlah peminum musiman saja tapi benar2 peminum berat. Sekarang, kenapa hal ini jadi masalah? Karena ini adalah petunjuk lain utk mendukung spekulasi bahwa Khadijah seorang yang mempunyai kecenderungan co-dependent. Anak2 seorang alkoholik sering mengembangkan co-dependency.
Ayahnya Khadijah terlalu melindungi anak perempuannya dan punya harapan2 yang tinggi baginya. Dari reaksinya akan pernikahan anaknya yang berumur 40 tahun pada seorang yang biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya. Khuwaylid punya anak2 yang lain juga, termasuk beberapa anak lelaki, tapi terlihat jelas bahwa anak perempuannya inilah yang menjadi kebanggaan dan kebahagiaannya. Anak ini satu-satunya yang berhasil.
Anak2 yang dipuji dan ditempatkan ditempat tinggi oleh orang tua yang memujinya tumbuh dalam bayang2 mereka. Mereka sering mengembangkan ‘codependency personality disorder’. Mereka menjadi terobsesi oleh ayah mereka (atau ibu mereka) dan melihat fungsi mereka utk membuat orang tua mereka terlihat hebat dimata orang lain. Mereka diharapkan jadi semacam ‘wunderkind’ (orang sukses).
Dibawah tuntutan yang terus menerus meminta kemampuan lebih baik, sang anak menjadi tidak mampu mengembangkan pribadi mandirinya. Dia mencari pemenuhan utk memuaskan kebutuhannya dari orang tua narsisis dan perfeksionis. Dia tidak merasa dicintai APA ADANYA, tapi dicintai karena dilihat BAGAIMANA prestasinya. Orang tua yang alkoholik mengeluarkan semua muatan emosinya pada sang anak, khususnya yang punya potensi. Dia mengharap anak itu utk cemerlang dalam segala hal dan menggantikan kekurangan dan kegagalan dia sendiri.
Co-dependent tidak dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan dari hubungan emosional yang normal dan sehat yang biasa terjadi diantara orang2 sederajat. Hanya dalam kapasitas pemberi kesenangan dan menjadi penyenanglah orang codependent menemukan kebahagiaan mereka. Pasangan yang “cocok dan tepat” bagi orang co-dependent adalah seorang Narsisis yang sangat butuh pemuasan.
Khadijah menolak para pelamarnya yang lebih dewasa dan sukses, jatuh cinta pada anak muda miskin yang sangat butuh baik uang maupun emosional. Codependent keliru mengartikan rasa cinta dan rasa kasihan. Mereka punya kecenderungan utk ‘mencintai’ orang yang seharusnya mereka kasihani dan bisa mereka selamatkan.
Vaknin memakai istilah “self effacing” (tidak menonjolkan diri sendiri) atau “inverted narcissism” (narsisisme terbalik), untuk istilah co-dependency. Inilah apa yang dia katakan tentang hubungan codependent-narsisis: “Orang narsisis invert dikondisikan dan diprogram dari awal utk menjadi teman sempurna bagi sang narsisis – utk memberi makan Ego mereka, utk secara murni menjadi kepanjangan tangan mereka, utk mencari pujian dan pengelu-eluan dan jika hal itu menghasilkan pujian dan pemujaan yang lebih besar kepada sang narsisist.” [16]
[16] http://samvak.tripod.com/faq66.html
Hal diatas menjelaskan kenapa seorang wanita sukses dan cantik seperti Khadijah tertarik pada seorang narsisis dan butuh uang seperti Muhammad. Meski orang ‘narsisis invert’ cenderung sukses dalam bisnisnya, hubungan mereka sering tidak sehat. Vaknin lebih lanjut menjelaskan: “dalam sebuah hubungan, narsisis invert berusaha utk menciptakan kembali hubungan orangtua-anak. Sang narsisis invert berkembang dengan meniru/bercermin pada ‘kehebatan khayal’ sang narsisis dan ketika melakukannya sang narsisis invert itu sendiri mendapatkan suplai bagi ego narsisistiknya SENDIRI (ketergantungan sang narsisis pada sang invert akan suplai narsisistik sekundernya). Sang invert mesti punya bentuk hubungan sedemikian dengan sang narsisis demi merasa lengkap dan terpenuhi. Sang invert akan sudi bertindak sejauh yang dibutuhkan utk meyakinkan bahwa sang narsisis itu merasa bahagia, merasa disayangi, merasa dipuja dengan cukup, karena dia pikir hal itu sudah menjadi hak sang narsisis. Sang invert memuliakan sang narsisis, menempatkannya ditempat tinggi, memikul semua pengorbanan bagi sang narsisis dengan ketenangan hati dan tahan penghinaan sang narsisis." [17]
[17] http://www.toddlertime.com/sam/66.htm
Perkawinan Muhammad dan Khadijah kelihatannya cocok sekali. Muhammad adalah seorang narsisis yang haus utk dipuji terus menerus, diperhatikan dan dikagumi. Dia seorang miskin, yatim dan secara emosional membutuhkan banyak hal. Dia seorang dewasa tapi jiwanya masih seperti anak2 yang butuh perhatian. Dia membutuhkan seseorang yang merawatnya dan menafkahinya, seseorang utk diperalat dan dimanfaatkan, seperti bagaimana anak kecil memperalat dan memanfaatkan ibunya.
Kedewasaan emosional seorang narsisis berhenti pada masa anak-anak. Kebutuhan anak2nya tidak pernah terpuaskan. Dia terus menerus mencoba memuaskan kebutuhan anak2nya tsb. Semua bayi adalah narsisis dan itu diperlukan bagi tahap pertumbuhan mereka. Tapi jika kebutuhan narsisis mereka tidak dipuaskan ketika masa anak-anak, kedewasaan emosi mereka akan berhenti pada tahap ini. Mereka mencari perhatian yang mereka tidak dapatkan ketika kecil dalam hubungan dengan pasangan dan dengan yang lainnya, termasuk dengan anak2 mereka.
Hasrat Muhammad akan cinta diungkapkan olehnya dalam banyak kejadian. Ibn Sa’d mengutip perkataanya bahwa keluarga2 Quraish semuanya punya hubungan padaku dan meski jika mereka tidak mencintaiku karena pesan yang aku bawa pada mereka, mereka seharusnya mencintaiku karena kekerabatanku dengan mereka. [18] Dalam Quran Muhammad berkata: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali cinta dari keluarga terdekat.” [19] Perkataan ini jelas merupakan jeritan putus asa dari seseorang yang butuh cinta dan perhatian.
[18] “Aku tidak meminta pada kamu hadiah apapun utk itu kecuali cinta dari kerabat terdekatku” Tabaqat vol.1 page.3
[19] Qur’an Sura 42: ayat 23
Khadijah, dilain pihak, adalah seorang narsisis invert yang memerlukan objek utk diperhatikan, seseorang utk membuat khayalan2nya sendiri sebagai seorang pemberi kesenangan. Orang co-dependent bukan saja rela diperalat, malah dia menikmati hal itu.
Vaknin menulis: “Narsisis invert hidup dan menggantungkan diri dari narsisis utama dan inilah suplai narsisistiknya. Jadi dua buah tipe narsisis ini dapat, pada pokoknya, menjadi saling mendukung, sistem yang simbiosis. Namun dalam kenyataannya, baik sang narsisis maupun sang invert perlu sadar akan dinamika hubungan mereka jika ingin hubungan mereka sukses dan awet.” [20]
[20] http://samvak.tripod.com/faq66.html
Pakar psikologi Dr. Florence W. Kaslow, menjelaskan simbiosis ini bilang bahwa kedua pihak masing2 punya kelainan kepribadian (Personality Disorder/PD) – tapi keduanya berada pada kedua ujung berlawanan dari spektrum ini hingga bisa saling mengisi. “Mereka nampak memiliki ‘ketertarikan maut’ (fatal attraction) satu sama lain dimana pola kepribadian mereka saling bertentangan tapi saling mengisi – itu sebabnya, jika mereka sampai bercerai, mereka akan tertarik pada pasangan yang mirip mantan pasangan mereka.” [21]
[21] Dikutip dari Mixing oil and water karya Bridget Murray hal 52 www.apa.org/monitor/mar04/mixing.html
Hubungan simbiosis antara Sang Narsisis Muhammad dan Sang Narsisis Invert Khadijah memang bekerja sempurna. Muhammad tidak lagi harus bekerja setelah menikahi Khadijah yang kaya raya. Dia habiskan waktunya menggelandang digua-gua dan tempat sepi sambil menikmati fantasinya yg subur, dunia yang menyenangkan dan baik padanya, dimana dia menjadi seorang yang paling disayang, paling dipuja, paling dihormati dan paling ditakuti. Khadijah jadi begitu sibuk dengan sisuami yang narsisis ini dan memenuhi semua kebutuhan2nya hingga dia mengabaikan urusan dagangnya. Bisnisnya kemudian jadi menurun dan kekayaannya menyusut drastis. Dia mestinya sudah berusia sekitar 50 tahunan ketika melahirkan anaknya yg paling muda. Ia tinggal dirumah sementara sang suami kebanyakan tidak pernah dirumah, menyendiri digua-guanya, baik gua sebenarnya maupun gua mentalnya.
Menurut Vaknin, “Sang invert ini mematikan keberadaan dirinya, penuh pengorbanan, bahkan berpura-pura manis dalam hubungan2 dengan orang lain dan akan menghindari bantuan dari orang lain itu dengan segala cara. Dia hanya bisa berinteraksi dengan orang lain jika dia bisa dilihat sebagai orang yang memberi, mendukurng dan menghabiskan usaha2 yang tak biasa utk membantu.” [22]
[22] www.toddlertime.com/sam/66.htm
Dia juga menjelaskan co-dependent sebagai “orang yang menggantungkan diri pada orang lain utk memberi kepuasan emosional dan hasil dari Ego atau fungsi sehari2 lainnya.” Dia bilang “mereka butuh dukungan emosional, penuh tuntutan dan patuh. Mereka takut diacuhkan, sangat bergantung dan menunjukkan kelakuan tidak dewasa dalam usaha2nya utk mempertahankan “hubungan” dengan pasangan yang dia jadikan tempat bergantung tsb.” [23]
Melody Beattie, penulis “Codependent No More” (Tidak Lagi Codependent) menjelaskah bahwa orang codependent secara tak sadar memilih pasangan yang bermasalah dg maksud agar punya tujuan, merasa diperlukan dan merasa dipuaskan.
Orang waras manapun akan mengartikan pengalaman aneh Muhammad sebagai sakit jiwa atau “kerasukan setan,” seperti yang biasa dikatakan pada jaman itu. Bahkan Muhammad sendiri pikir dia telah menjadi seorang Kahin (penyihir) atau kerasukan setan. Seperti yang kita baca dalam Qur’an, orang2 yang memakai akal di mekah pikir Muhammad telah jadi majnoon, yang arti harafiahnya adalah kerasukan jin dan diartikan sebagai gila. Tapi pikiran demikian tidak kuat ditanggung Khadijah yang mengejar pemuasan dan kebahagiaan dengan cara memuaskan kebutuhan2 sang suami. Dia harus bergantung pada sang Narsisis miliknya apapun akibatnya. Sebagai seorang Codependent (Narsisis Inverted), Khadijah merasa harus maju menolong, memberi saran dan menyelamatkan sumber utama suplai narsisistiknya.
Sang narsisis sering menuntut pengorbanan dari orang2 disekelilingnya dan mengharapkan mereka utk menjadi ‘codependent’ bagi dia. Mereka juga hidup diatas kode2 moral yang ada. Mereka terlalu tinggi utk taat pada moralitas atau aturan apapun.
John de Ruiter adalah orang yang menyatakan diri Messiah dari Alberta, Canada. Para pengikutnya memuja dia seperti Tuhan. “Satu hari kami duduk didapur merokok,” kata Joyce, istrinya, yang sekarang cerai, selama 18 tahun, dalam sebuah wawancara. “Dia membicarakan kematian saya. Ia mengakui bahwa saya telah melalui banyak kematian, yg katanya itu bagus. Saya harus melepaskan 95% dari hidup yang harus saya lepaskan. Tapi katanya saya tidak membiarkan diri saya lepas sepenuhnya. Dia bilang bahwa ‘kemaian akhir’ saya akan terjadi jika dia mengambil dua orang istri lagi.” Joyce bilang dia pikir John becanda. Ternyata tidak. Ia mengangkat maslaah ini kedua kalinya, dan meminta Joyce apakah ia merasa tiga orang istri bisa hidup dalam satu rumah.” [24]
[24] www.rickross.com/reference/ruiter/ruiter3.html
Untungnya Joyce belum sampai pada tahap co-dependent berat sehingga ia tidak sudi menerima penghinaan ini, dan meninggalkan suami narsisisnya. Seorang codependent asli akan melakukan apapun utk menyenangkan pasangan narsisisnya. Hubungan antara codependent dan narsisisnya adalah hubungan Sadomasochisme (kecenderungan praktek psikologi/seksual yang dicirikan dengan gabungan kesadisan dan kepuasan karena siksaan).
Sialnya bagi umat manusia, Khadijah adalah seorang Co-dependent Sejati, yang sudi mengorbankan apapun bagi sang narsisis tercinta. Dialah yang mendorong Muhammad utk mengejar ambisi kenabiannya dan memacunya kearah itu. Ketika Muhammad tidak lagi mengalami ‘ayan’ dan tidak lagi melihat ‘para malaikat’, dia kecewa. Ibn Ishaq menulis: “Setelah itu, Jibril tidak datang padanya selama beberapa waktu dan Khadijah berkata, “kupikir tuhan mestinya benci padamu.” [25] Hal ini menunjukkan betapa berhasratnya dia agar sang narsisis tercinta menjadi seorang nabi.
[25] Sira Ibn Ishaq, hal. 108
Kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih hidup? Karena, dia hidup dari uangnya dan dirumahnya. Lagipula, mayoritas orang Mekah mengejeknya. Dia disebut orang Gila. Tak seorangpun mau menikah dengannya meski misalnya dia punya uang sendiri dan Khadijah tidak jadi masalah. Di Mekah, para pengikutnya hanya segelintir budak dengan hanya sedikit wanita diantara mereka – tak seorangpun memenuhi hasratnya utk dinikahi. Kalau saja Khadijah masih hidup dan menyaksikan peningkatan kekuasaan suaminya, kemungkinan besar dia akan menelan penghinaan dimadu oleh wanita yang jauh lebih muda dan cantik.
Setelah kematian Khadijah, Muhammad tidak pernah menemukan co-dependent lain utk mengurusi kebutuhan emosionalnya seperti yang pernah dilakukan Khadijah. Malahan, dia cari pemenuhan kepuasan tsb dengan menjadi seorang playboy seksual. Hanya sebulan setelah kematian istrinya, Muhammad meyakinkan teman dan pengikut setianya, Abu Bakr, utk mentunangkan dia dengan anak perempuannya yang berumur 6 tahun, Aisha. Abu Bakr terkejut. Dia mencoba menolaknya dengan halus, dengan berkata “tapi kita ini masih saudara.” Muhammad meyakinkan dia mereka hanya saudara dalam iman dan bahwa pernikahannya dengan anak kecil itu tidaklah haram. [26]
[26] Sahih Bukhari 7.62.18 Diceritakan 'Ursa: Nabi meminta Abu Bakr utk menikahi Aisha. Abu Bakr berkata “Tapi aku saudaramu.” Nabi berkata, “Kau saudara hanya dalam agama Allah dan Kitabnya, tapi dia (Aisha) berhak bagiku utk dinikahi.”
Dia lebih lanjut mengatakan padanya bahwa Aisha telah ditunjukkan padanya dua kali dalam mimpi; dimana dia melihat seorang malaikat membawa Aisha kecil yang dibungkus kain. “Aku bilang (pada diriku sendiri), ‘Jika ini dari Allah, maka ini harus terjadi.’” [27] Sekarang Abu Bakr tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan Muhammad, orang yang telah dia beri banyak pengorbanan, mencela dia, menyebut dia pembohong, kembali keorang2nya sendiri dan mengakui pada mereka bahwa dia selama ini telah bodoh, atau, melakukan apapun yang Muhammad minta. Ini sering jadi pilihan yang sulit bagi para pemeluk aliran pemujaan (cult). Mereka terjebak dan setelah mengorbankan begitu banyak utk mengikuti guru mereka; balik kembali jadi pilihan yang lebih menyakitkan dibanding tunduk akan keinginan dan tuntutan pemimpin mereka. Abu Bakr memohon pada Muhammad utk menunggu tiga tahun lagi sebelum melaksanakan pernikahan (yakni meniduri sibocah). Muhammad setuju, tapi sementara menunggu itu, dia menikahi Sauda dulu beberapa hari kemudian.
[27] Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 140
Muhammad menciptakan sebuah harem yang terdiri dari banyak wanita. Dia mencoba menggantikan hilangnya ‘ibu penyenang’nya dengan setumpuk wanita muda. Dia terus menambah koleksi istri dan selirnya tapi tak satupun memenuhi kebutuhan kekanakannya seperti yang dilakukan oleh Khadijah. Dia butuh seorang ibu utk mengurus ‘jiwa kekanak2an’nya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh ‘istri2 remaja’ bagi seorang lelaki yang sebenarnya patut jadi kakek mereka.
Kita tahu bahwa Khadijah memuja suami mudanya. Tidak ada laporan bahwa Muhammad pernah bekerja setelah menikahi Khadijah. Setelah pernikahan, bisnis Khadijah kelihatannya menurun tajam. Ketika dia meninggal, keluarganya menjadi melarat.
Muhammad tidak mengurus anak-anaknya juga. Ditolak oleh dunia nyata, dia habiskan waktunya sendiri dalam gua2, mengundurkan diri kedunia khayalan dan renungan. Kadang dia membawa makanan utk berhari-hari, kembali hanya ketika makanan sudah habis. Lalu dia akan menuju kekota, mengambil bekal lagi dan kembali.
Khadijah tinggal dirumah mengurus kesepuluh anak dia sendirian. Tapi dia tidak mengeluh. Dia tidak saja mengurus anak2nya dan rumah tapi juga suami mudanya, yang bertingkah laku seperti anak kecil yang tidak bertanggung jawab. Tapi Khadijah senang berkorban. Kenapa?
Ini adalah pertanyaan yang penting. Jawabannya adalah bahwa Khadijah sendiri punya kelainan pribadi. Dia punya penyakit yang jaman kita sekarang disebut co-dependent (ketergantungan). Pengetahuan ini akan menolong kita utk mengerti kenapa dia berdiri disamping suaminya dan mendorong dia melanjutkan karir kenabiannya.
The National Mental Health Association (NMHA) mendefinisikan co-dependency sebagai: “Kelakuan yang dipelajari yang bisa diturunkan dari satu generasi ke generasi lain. Hal ini adalah sebuah kondisi perangai dan emosi yang mempengaruhi kemampuan seorang individu utk mendapat hubungan yang memuaskan kedua belah pihak dan sehat. Juga dikenal sebagai “relationship addiction” (ketagihan hubungan) karena orang dengan co-dependency sering membentuk atau mempertahankan hubungan yang satu pihak saja, yang secara emosional merusak dan/atau menghina. Penyakit ini pertama diidentifikasi sekitar 10 tahun lalu dari hasil bertahun2 mempelajari hubungan2 antar manusia dalam keluarga alkoholik. Kelakuan Co-dependent dipelajari dengan mengamati dan meniru anggota keluarga lain yang menunjukkan kelakuan tipe ini.” [14]
[14] http://www.nmha.org/infoctr/factsheets/43.cfm
Khadijah adalah seorang wanita yang menarik. Dia anak perempuan favorit dari ayahnya Khuwaylid. Malah Khuwaylid bergantung padanya, melebihi ketergantungan terhadap anak laki-lakinya. Khadijah adalah “anak sang ayah.” Dia telah menolak tawaran orang2 kuat di Mekah. Tapi ketika dia melihat anak muda ini yang tak dimiliki siapapun, Muhammad yang butuh uang, dia jatuh cinta padanya dan mengirim pembantu utk memintanya melamar dia.
Pada permukaan kelihatannya bahwa Muhammad punya pribadi yang memikat yang membuat wanita berkuasa terpukau. Ini, betapapun, adalah sebuah pengertian yang dangkal mengenai dinamika kompleks.
Tabari menulis: “Khadijah mengirim pesan pada Muhammad, mengundangnya utk mengambil dia. Dia memanggil ayah utk datang kerumahnya, memberinya arak hingga mabuk, memberi parfum, memakaikan pakaian pesta padanya dan lalu memotong seekor sapi. Lalu dia undang Muhammad dan pamannya. Ketika mereka datang, ayahnya menikahkan Muhammad dengannya. Ketika dia sadar dari mabuknya, dia berkata “daging apa ini, parfum ini dan pakaian ini?” Dia menjawab, “kau telah menikahkanku pada Muhammad bin Abdullah”. “Aku tidak melakukan itu,” katanya. “Akankah kulakukan ini ketika orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju, kenapa aku berikan kau pada seorang gelandangan?” [15]
[15] Persian Tabari v. 3 p.832
Pihak Muhammad menjawab dengan marah bahwa persekutuan ini telah diatur oleh anak perempuannya sendiri. Orang tua itu marah dan menarik pedang dan kerabat Muhammad juga menarik pedang mereka. Darah akan mengalir jika saja Khadijah tidak menyatakan cintanya pada Muhammad agar diketahui banyak orang dan mengaku telah mengatur semua ini. Khuwaylid lalu menenangkan diri, sampai akhirnya dia menyerah telah di fait accompli dan rekonsiliasipun terjadi.
Khadijah adalah seorang wanita berhasil yang pesolek. Dia telah menolak lamaran dari banyak orang Quraish yg terkenal. Bagaimana orang menjelaskan seorang wanita yang kelihatan sukses dan berpikiran sehat mendadak jatuh cinta pada anak muda miskin yang 15 tahun lebih muda? Kelakuan aneh ini mengungkapkan adanya kelainan pribadi dalam diri Khadijah.
Bukti2 menandakan bahwa ayahnya Khadijah adalah seorang pemabuk. Khadijah mestinya tahu kelemahan ayahnya ini hingga dia merancang rencana yang begitu berani. Orang2 yang ketagihan alkohol cenderung lepas kontrol dan mabuk. Orang2 non alkohol minum dengan cukupan dan tahu kapan utk berhenti. Ketika Khuwaylid mabuk, pestanya belum lagi mulai dan para tamu belum lagi datang. Hal ini memberitahukan kita bahwa dia bukanlah peminum musiman saja tapi benar2 peminum berat. Sekarang, kenapa hal ini jadi masalah? Karena ini adalah petunjuk lain utk mendukung spekulasi bahwa Khadijah seorang yang mempunyai kecenderungan co-dependent. Anak2 seorang alkoholik sering mengembangkan co-dependency.
Ayahnya Khadijah terlalu melindungi anak perempuannya dan punya harapan2 yang tinggi baginya. Dari reaksinya akan pernikahan anaknya yang berumur 40 tahun pada seorang yang biasa2 saja dan dari perkataannya “orang2 terhebat di Mekah memintamu dan aku tidak setuju,” jelas bahwa Khadijah adalah mutiara dimatanya. Khuwaylid punya anak2 yang lain juga, termasuk beberapa anak lelaki, tapi terlihat jelas bahwa anak perempuannya inilah yang menjadi kebanggaan dan kebahagiaannya. Anak ini satu-satunya yang berhasil.
Anak2 yang dipuji dan ditempatkan ditempat tinggi oleh orang tua yang memujinya tumbuh dalam bayang2 mereka. Mereka sering mengembangkan ‘codependency personality disorder’. Mereka menjadi terobsesi oleh ayah mereka (atau ibu mereka) dan melihat fungsi mereka utk membuat orang tua mereka terlihat hebat dimata orang lain. Mereka diharapkan jadi semacam ‘wunderkind’ (orang sukses).
Dibawah tuntutan yang terus menerus meminta kemampuan lebih baik, sang anak menjadi tidak mampu mengembangkan pribadi mandirinya. Dia mencari pemenuhan utk memuaskan kebutuhannya dari orang tua narsisis dan perfeksionis. Dia tidak merasa dicintai APA ADANYA, tapi dicintai karena dilihat BAGAIMANA prestasinya. Orang tua yang alkoholik mengeluarkan semua muatan emosinya pada sang anak, khususnya yang punya potensi. Dia mengharap anak itu utk cemerlang dalam segala hal dan menggantikan kekurangan dan kegagalan dia sendiri.
Co-dependent tidak dapat menemukan kepuasan dan kebahagiaan dari hubungan emosional yang normal dan sehat yang biasa terjadi diantara orang2 sederajat. Hanya dalam kapasitas pemberi kesenangan dan menjadi penyenanglah orang codependent menemukan kebahagiaan mereka. Pasangan yang “cocok dan tepat” bagi orang co-dependent adalah seorang Narsisis yang sangat butuh pemuasan.
Khadijah menolak para pelamarnya yang lebih dewasa dan sukses, jatuh cinta pada anak muda miskin yang sangat butuh baik uang maupun emosional. Codependent keliru mengartikan rasa cinta dan rasa kasihan. Mereka punya kecenderungan utk ‘mencintai’ orang yang seharusnya mereka kasihani dan bisa mereka selamatkan.
Vaknin memakai istilah “self effacing” (tidak menonjolkan diri sendiri) atau “inverted narcissism” (narsisisme terbalik), untuk istilah co-dependency. Inilah apa yang dia katakan tentang hubungan codependent-narsisis: “Orang narsisis invert dikondisikan dan diprogram dari awal utk menjadi teman sempurna bagi sang narsisis – utk memberi makan Ego mereka, utk secara murni menjadi kepanjangan tangan mereka, utk mencari pujian dan pengelu-eluan dan jika hal itu menghasilkan pujian dan pemujaan yang lebih besar kepada sang narsisist.” [16]
[16] http://samvak.tripod.com/faq66.html
Hal diatas menjelaskan kenapa seorang wanita sukses dan cantik seperti Khadijah tertarik pada seorang narsisis dan butuh uang seperti Muhammad. Meski orang ‘narsisis invert’ cenderung sukses dalam bisnisnya, hubungan mereka sering tidak sehat. Vaknin lebih lanjut menjelaskan: “dalam sebuah hubungan, narsisis invert berusaha utk menciptakan kembali hubungan orangtua-anak. Sang narsisis invert berkembang dengan meniru/bercermin pada ‘kehebatan khayal’ sang narsisis dan ketika melakukannya sang narsisis invert itu sendiri mendapatkan suplai bagi ego narsisistiknya SENDIRI (ketergantungan sang narsisis pada sang invert akan suplai narsisistik sekundernya). Sang invert mesti punya bentuk hubungan sedemikian dengan sang narsisis demi merasa lengkap dan terpenuhi. Sang invert akan sudi bertindak sejauh yang dibutuhkan utk meyakinkan bahwa sang narsisis itu merasa bahagia, merasa disayangi, merasa dipuja dengan cukup, karena dia pikir hal itu sudah menjadi hak sang narsisis. Sang invert memuliakan sang narsisis, menempatkannya ditempat tinggi, memikul semua pengorbanan bagi sang narsisis dengan ketenangan hati dan tahan penghinaan sang narsisis." [17]
[17] http://www.toddlertime.com/sam/66.htm
Perkawinan Muhammad dan Khadijah kelihatannya cocok sekali. Muhammad adalah seorang narsisis yang haus utk dipuji terus menerus, diperhatikan dan dikagumi. Dia seorang miskin, yatim dan secara emosional membutuhkan banyak hal. Dia seorang dewasa tapi jiwanya masih seperti anak2 yang butuh perhatian. Dia membutuhkan seseorang yang merawatnya dan menafkahinya, seseorang utk diperalat dan dimanfaatkan, seperti bagaimana anak kecil memperalat dan memanfaatkan ibunya.
Kedewasaan emosional seorang narsisis berhenti pada masa anak-anak. Kebutuhan anak2nya tidak pernah terpuaskan. Dia terus menerus mencoba memuaskan kebutuhan anak2nya tsb. Semua bayi adalah narsisis dan itu diperlukan bagi tahap pertumbuhan mereka. Tapi jika kebutuhan narsisis mereka tidak dipuaskan ketika masa anak-anak, kedewasaan emosi mereka akan berhenti pada tahap ini. Mereka mencari perhatian yang mereka tidak dapatkan ketika kecil dalam hubungan dengan pasangan dan dengan yang lainnya, termasuk dengan anak2 mereka.
Hasrat Muhammad akan cinta diungkapkan olehnya dalam banyak kejadian. Ibn Sa’d mengutip perkataanya bahwa keluarga2 Quraish semuanya punya hubungan padaku dan meski jika mereka tidak mencintaiku karena pesan yang aku bawa pada mereka, mereka seharusnya mencintaiku karena kekerabatanku dengan mereka. [18] Dalam Quran Muhammad berkata: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku kecuali cinta dari keluarga terdekat.” [19] Perkataan ini jelas merupakan jeritan putus asa dari seseorang yang butuh cinta dan perhatian.
[18] “Aku tidak meminta pada kamu hadiah apapun utk itu kecuali cinta dari kerabat terdekatku” Tabaqat vol.1 page.3
[19] Qur’an Sura 42: ayat 23
Khadijah, dilain pihak, adalah seorang narsisis invert yang memerlukan objek utk diperhatikan, seseorang utk membuat khayalan2nya sendiri sebagai seorang pemberi kesenangan. Orang co-dependent bukan saja rela diperalat, malah dia menikmati hal itu.
Vaknin menulis: “Narsisis invert hidup dan menggantungkan diri dari narsisis utama dan inilah suplai narsisistiknya. Jadi dua buah tipe narsisis ini dapat, pada pokoknya, menjadi saling mendukung, sistem yang simbiosis. Namun dalam kenyataannya, baik sang narsisis maupun sang invert perlu sadar akan dinamika hubungan mereka jika ingin hubungan mereka sukses dan awet.” [20]
[20] http://samvak.tripod.com/faq66.html
Pakar psikologi Dr. Florence W. Kaslow, menjelaskan simbiosis ini bilang bahwa kedua pihak masing2 punya kelainan kepribadian (Personality Disorder/PD) – tapi keduanya berada pada kedua ujung berlawanan dari spektrum ini hingga bisa saling mengisi. “Mereka nampak memiliki ‘ketertarikan maut’ (fatal attraction) satu sama lain dimana pola kepribadian mereka saling bertentangan tapi saling mengisi – itu sebabnya, jika mereka sampai bercerai, mereka akan tertarik pada pasangan yang mirip mantan pasangan mereka.” [21]
[21] Dikutip dari Mixing oil and water karya Bridget Murray hal 52 www.apa.org/monitor/mar04/mixing.html
Hubungan simbiosis antara Sang Narsisis Muhammad dan Sang Narsisis Invert Khadijah memang bekerja sempurna. Muhammad tidak lagi harus bekerja setelah menikahi Khadijah yang kaya raya. Dia habiskan waktunya menggelandang digua-gua dan tempat sepi sambil menikmati fantasinya yg subur, dunia yang menyenangkan dan baik padanya, dimana dia menjadi seorang yang paling disayang, paling dipuja, paling dihormati dan paling ditakuti. Khadijah jadi begitu sibuk dengan sisuami yang narsisis ini dan memenuhi semua kebutuhan2nya hingga dia mengabaikan urusan dagangnya. Bisnisnya kemudian jadi menurun dan kekayaannya menyusut drastis. Dia mestinya sudah berusia sekitar 50 tahunan ketika melahirkan anaknya yg paling muda. Ia tinggal dirumah sementara sang suami kebanyakan tidak pernah dirumah, menyendiri digua-guanya, baik gua sebenarnya maupun gua mentalnya.
Menurut Vaknin, “Sang invert ini mematikan keberadaan dirinya, penuh pengorbanan, bahkan berpura-pura manis dalam hubungan2 dengan orang lain dan akan menghindari bantuan dari orang lain itu dengan segala cara. Dia hanya bisa berinteraksi dengan orang lain jika dia bisa dilihat sebagai orang yang memberi, mendukurng dan menghabiskan usaha2 yang tak biasa utk membantu.” [22]
[22] www.toddlertime.com/sam/66.htm
Dia juga menjelaskan co-dependent sebagai “orang yang menggantungkan diri pada orang lain utk memberi kepuasan emosional dan hasil dari Ego atau fungsi sehari2 lainnya.” Dia bilang “mereka butuh dukungan emosional, penuh tuntutan dan patuh. Mereka takut diacuhkan, sangat bergantung dan menunjukkan kelakuan tidak dewasa dalam usaha2nya utk mempertahankan “hubungan” dengan pasangan yang dia jadikan tempat bergantung tsb.” [23]
Melody Beattie, penulis “Codependent No More” (Tidak Lagi Codependent) menjelaskah bahwa orang codependent secara tak sadar memilih pasangan yang bermasalah dg maksud agar punya tujuan, merasa diperlukan dan merasa dipuaskan.
Orang waras manapun akan mengartikan pengalaman aneh Muhammad sebagai sakit jiwa atau “kerasukan setan,” seperti yang biasa dikatakan pada jaman itu. Bahkan Muhammad sendiri pikir dia telah menjadi seorang Kahin (penyihir) atau kerasukan setan. Seperti yang kita baca dalam Qur’an, orang2 yang memakai akal di mekah pikir Muhammad telah jadi majnoon, yang arti harafiahnya adalah kerasukan jin dan diartikan sebagai gila. Tapi pikiran demikian tidak kuat ditanggung Khadijah yang mengejar pemuasan dan kebahagiaan dengan cara memuaskan kebutuhan2 sang suami. Dia harus bergantung pada sang Narsisis miliknya apapun akibatnya. Sebagai seorang Codependent (Narsisis Inverted), Khadijah merasa harus maju menolong, memberi saran dan menyelamatkan sumber utama suplai narsisistiknya.
Sang narsisis sering menuntut pengorbanan dari orang2 disekelilingnya dan mengharapkan mereka utk menjadi ‘codependent’ bagi dia. Mereka juga hidup diatas kode2 moral yang ada. Mereka terlalu tinggi utk taat pada moralitas atau aturan apapun.
John de Ruiter adalah orang yang menyatakan diri Messiah dari Alberta, Canada. Para pengikutnya memuja dia seperti Tuhan. “Satu hari kami duduk didapur merokok,” kata Joyce, istrinya, yang sekarang cerai, selama 18 tahun, dalam sebuah wawancara. “Dia membicarakan kematian saya. Ia mengakui bahwa saya telah melalui banyak kematian, yg katanya itu bagus. Saya harus melepaskan 95% dari hidup yang harus saya lepaskan. Tapi katanya saya tidak membiarkan diri saya lepas sepenuhnya. Dia bilang bahwa ‘kemaian akhir’ saya akan terjadi jika dia mengambil dua orang istri lagi.” Joyce bilang dia pikir John becanda. Ternyata tidak. Ia mengangkat maslaah ini kedua kalinya, dan meminta Joyce apakah ia merasa tiga orang istri bisa hidup dalam satu rumah.” [24]
[24] www.rickross.com/reference/ruiter/ruiter3.html
Untungnya Joyce belum sampai pada tahap co-dependent berat sehingga ia tidak sudi menerima penghinaan ini, dan meninggalkan suami narsisisnya. Seorang codependent asli akan melakukan apapun utk menyenangkan pasangan narsisisnya. Hubungan antara codependent dan narsisisnya adalah hubungan Sadomasochisme (kecenderungan praktek psikologi/seksual yang dicirikan dengan gabungan kesadisan dan kepuasan karena siksaan).
Sialnya bagi umat manusia, Khadijah adalah seorang Co-dependent Sejati, yang sudi mengorbankan apapun bagi sang narsisis tercinta. Dialah yang mendorong Muhammad utk mengejar ambisi kenabiannya dan memacunya kearah itu. Ketika Muhammad tidak lagi mengalami ‘ayan’ dan tidak lagi melihat ‘para malaikat’, dia kecewa. Ibn Ishaq menulis: “Setelah itu, Jibril tidak datang padanya selama beberapa waktu dan Khadijah berkata, “kupikir tuhan mestinya benci padamu.” [25] Hal ini menunjukkan betapa berhasratnya dia agar sang narsisis tercinta menjadi seorang nabi.
[25] Sira Ibn Ishaq, hal. 108
Kenapa Muhammad tidak mengambil istri lain selama Khadijah masih hidup? Karena, dia hidup dari uangnya dan dirumahnya. Lagipula, mayoritas orang Mekah mengejeknya. Dia disebut orang Gila. Tak seorangpun mau menikah dengannya meski misalnya dia punya uang sendiri dan Khadijah tidak jadi masalah. Di Mekah, para pengikutnya hanya segelintir budak dengan hanya sedikit wanita diantara mereka – tak seorangpun memenuhi hasratnya utk dinikahi. Kalau saja Khadijah masih hidup dan menyaksikan peningkatan kekuasaan suaminya, kemungkinan besar dia akan menelan penghinaan dimadu oleh wanita yang jauh lebih muda dan cantik.
Setelah kematian Khadijah, Muhammad tidak pernah menemukan co-dependent lain utk mengurusi kebutuhan emosionalnya seperti yang pernah dilakukan Khadijah. Malahan, dia cari pemenuhan kepuasan tsb dengan menjadi seorang playboy seksual. Hanya sebulan setelah kematian istrinya, Muhammad meyakinkan teman dan pengikut setianya, Abu Bakr, utk mentunangkan dia dengan anak perempuannya yang berumur 6 tahun, Aisha. Abu Bakr terkejut. Dia mencoba menolaknya dengan halus, dengan berkata “tapi kita ini masih saudara.” Muhammad meyakinkan dia mereka hanya saudara dalam iman dan bahwa pernikahannya dengan anak kecil itu tidaklah haram. [26]
[26] Sahih Bukhari 7.62.18 Diceritakan 'Ursa: Nabi meminta Abu Bakr utk menikahi Aisha. Abu Bakr berkata “Tapi aku saudaramu.” Nabi berkata, “Kau saudara hanya dalam agama Allah dan Kitabnya, tapi dia (Aisha) berhak bagiku utk dinikahi.”
Dia lebih lanjut mengatakan padanya bahwa Aisha telah ditunjukkan padanya dua kali dalam mimpi; dimana dia melihat seorang malaikat membawa Aisha kecil yang dibungkus kain. “Aku bilang (pada diriku sendiri), ‘Jika ini dari Allah, maka ini harus terjadi.’” [27] Sekarang Abu Bakr tidak punya pilihan lain kecuali meninggalkan Muhammad, orang yang telah dia beri banyak pengorbanan, mencela dia, menyebut dia pembohong, kembali keorang2nya sendiri dan mengakui pada mereka bahwa dia selama ini telah bodoh, atau, melakukan apapun yang Muhammad minta. Ini sering jadi pilihan yang sulit bagi para pemeluk aliran pemujaan (cult). Mereka terjebak dan setelah mengorbankan begitu banyak utk mengikuti guru mereka; balik kembali jadi pilihan yang lebih menyakitkan dibanding tunduk akan keinginan dan tuntutan pemimpin mereka. Abu Bakr memohon pada Muhammad utk menunggu tiga tahun lagi sebelum melaksanakan pernikahan (yakni meniduri sibocah). Muhammad setuju, tapi sementara menunggu itu, dia menikahi Sauda dulu beberapa hari kemudian.
[27] Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 140
Muhammad menciptakan sebuah harem yang terdiri dari banyak wanita. Dia mencoba menggantikan hilangnya ‘ibu penyenang’nya dengan setumpuk wanita muda. Dia terus menambah koleksi istri dan selirnya tapi tak satupun memenuhi kebutuhan kekanakannya seperti yang dilakukan oleh Khadijah. Dia butuh seorang ibu utk mengurus ‘jiwa kekanak2an’nya, sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh ‘istri2 remaja’ bagi seorang lelaki yang sebenarnya patut jadi kakek mereka.