Beberapa ayah Qur’an memerintahkan para Muslim menyerang orang2 tak berdosa dan merampoki mereka, dengan hadiah di dunia baka dan fana.
Q. 48:20
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya,
Untuk mematikan nurani pengikutnya dari rasa bersalah karena melakukan perampokan, Muhammad membuat Allâh berkata: “Nikmatilah apa yang kamu ambil dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik” [32]
[32] Qur’an, 8:69. Juga lihat Qur’an, 8:74: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah (untuk membela Islam) dan orang-orang (Ansar) yang memberi tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu), merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia..” Orang yang tidak mengenal gaya tulis Muhammad (sebenarnya, melafal, karena dia buta huruf) mungkin heran bagaimana perintah merampok orang lain bisa selaras dengan perintah takut akan Allâh. Tapi mereka yang dapat membaca Qur’an dalam bahasa Arab bisa menemukan irama suara yang serupa, dan Muhammad sering menambah kata2 atau kalimat2 yang tidak pada tempatnya, seperti “takut akan Allâh,” “Allah maha pengampun,” “Dia yang maha tahu lagi bijaksana,” dll., hanya untuk membuat ayatnya terdengar berirama sama. Sikap takut akan kemarahan Tuhan tapi di waktu yang sama melakukan perampokan dan pembunuhan atas orang2 tak berdosa merupakan dua hal yang bertentangan. Dengan menyamakan Tuhan dengan tindakan perampokan, pembantaian, dan pemerkosaan, Muhammad telah menurunkan standard moral pengikutnya yang menghalalkan perbuatan jahat. Perampokan diubah jadi perampokan suci, pembunuhan diubah jadi pembunuhan suci, dan kejahatan diperintahkan dan bahkan dimuliakan. Dia meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka yang berperang demi Islam akan dapat hadiah, tidak hanya hadiah jarahan perang tapi juga pengampunan dosa2 mereka.
Banyak kejahatan2 yang dilakukan Muslim selama berabad-abad berasal dari ayat2 ini dan yang serupa lainnya. Amir Tîmûr-i-lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405), adalah seorang kejam yang menjadi Kaisar melalui tindakan2 banditnya. Dalam autobiografinya yang berjudul Sejarah Perangku melawan India (The History of My Expedition against India), dia menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam; dan dengan melakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang2 duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan harta kafir: menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat.[33]
[33] Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Tîmûr-i-lang dalam The History of India as Told by its own Historians. The Posthumous Papers of the Late Sir H. M. Elliot. John Dowson, ed. 1st ed. 1867. 2nd ed., Calcutta: Susil Gupta, 1956, vol. 2, pp. 8-98.
Bahkan kalaupun kita beranggapan bahwa ke delapan puluh Muslim yang hijrah memang dipaksa ke luar oleh orang2 Mekah, bagaimana tindakan ini bisa mengesahkan perampokan kafilah2 tersebut? Harta benda kafilah2 ini belum tentu milik orang2 yang dulu mengusir Muslim. Apakah setiap orang yang berpikir dirinya ditindas di suatu kota lalu boleh2 saja melakukan tindakan balas dendam terhadap siapa saja penduduk kota itu? Para Muslim juga menggunakan logika yang sama ketika mereka membom dan membunuh orang2 tak berdosa. Jika mereka mengira suatu negara tidak bersikap ramah terhadap mereka, lalu mereka pikir boleh2 saja membalas dendam dengan cara membunuh siapa saja warga negara itu yang tak berdosa. Semua yang dilakukan Muslim jaman sekarang yang mengherankan dunia adalah sama dengan tindakan Muhammad.
Di bagian 22, ayat 23 dalam Qur’an, Allâh memberi ijin berperang. Ini adalah ayat yang sama yang ditulis Osama Bin Laden di suratnya kepada Amerika. Apakah sekarang kita bisa berkata bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme?
Q. 48:20
Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang kamu akan mengambilnya,
Untuk mematikan nurani pengikutnya dari rasa bersalah karena melakukan perampokan, Muhammad membuat Allâh berkata: “Nikmatilah apa yang kamu ambil dalam perang, sebagai benda yang halal lagi baik” [32]
[32] Qur’an, 8:69. Juga lihat Qur’an, 8:74: “Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah (untuk membela Islam) dan orang-orang (Ansar) yang memberi tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang Islam yang berhijrah itu), merekalah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka beroleh keampunan dan limpah kurnia yang mulia..” Orang yang tidak mengenal gaya tulis Muhammad (sebenarnya, melafal, karena dia buta huruf) mungkin heran bagaimana perintah merampok orang lain bisa selaras dengan perintah takut akan Allâh. Tapi mereka yang dapat membaca Qur’an dalam bahasa Arab bisa menemukan irama suara yang serupa, dan Muhammad sering menambah kata2 atau kalimat2 yang tidak pada tempatnya, seperti “takut akan Allâh,” “Allah maha pengampun,” “Dia yang maha tahu lagi bijaksana,” dll., hanya untuk membuat ayatnya terdengar berirama sama. Sikap takut akan kemarahan Tuhan tapi di waktu yang sama melakukan perampokan dan pembunuhan atas orang2 tak berdosa merupakan dua hal yang bertentangan. Dengan menyamakan Tuhan dengan tindakan perampokan, pembantaian, dan pemerkosaan, Muhammad telah menurunkan standard moral pengikutnya yang menghalalkan perbuatan jahat. Perampokan diubah jadi perampokan suci, pembunuhan diubah jadi pembunuhan suci, dan kejahatan diperintahkan dan bahkan dimuliakan. Dia meyakinkan para pengikutnya bahwa mereka yang berperang demi Islam akan dapat hadiah, tidak hanya hadiah jarahan perang tapi juga pengampunan dosa2 mereka.
Banyak kejahatan2 yang dilakukan Muslim selama berabad-abad berasal dari ayat2 ini dan yang serupa lainnya. Amir Tîmûr-i-lang, yang dikenal juga dengan nama Tamerlane (1336-1405), adalah seorang kejam yang menjadi Kaisar melalui tindakan2 banditnya. Dalam autobiografinya yang berjudul Sejarah Perangku melawan India (The History of My Expedition against India), dia menulis:
Tujuan utamaku datang ke Hindustan (India) dan melampaui semua kesusahan adalah untuk mencapai dua hal. Pertama adalah perang melawan kafir, musuh Islam; dan dengan melakukan perang agama ini aku akan mendapatkan surga di alam baka. Yang kedua adalah untuk barang2 duniawi; tentara Islam harus mendapatkan sesuatu dari menjarah kekayaan dan harta kafir: menjarah dalam perang adalah sama halalnya dengan air susu ibu mereka bagi Muslim yang berperang bagi agamanya, dan meminumnya adalah halal dan terhormat.[33]
[33] Malfuzat-i Timuri, atau Tuzak-i Timuri, oleh Amir Tîmûr-i-lang dalam The History of India as Told by its own Historians. The Posthumous Papers of the Late Sir H. M. Elliot. John Dowson, ed. 1st ed. 1867. 2nd ed., Calcutta: Susil Gupta, 1956, vol. 2, pp. 8-98.
Bahkan kalaupun kita beranggapan bahwa ke delapan puluh Muslim yang hijrah memang dipaksa ke luar oleh orang2 Mekah, bagaimana tindakan ini bisa mengesahkan perampokan kafilah2 tersebut? Harta benda kafilah2 ini belum tentu milik orang2 yang dulu mengusir Muslim. Apakah setiap orang yang berpikir dirinya ditindas di suatu kota lalu boleh2 saja melakukan tindakan balas dendam terhadap siapa saja penduduk kota itu? Para Muslim juga menggunakan logika yang sama ketika mereka membom dan membunuh orang2 tak berdosa. Jika mereka mengira suatu negara tidak bersikap ramah terhadap mereka, lalu mereka pikir boleh2 saja membalas dendam dengan cara membunuh siapa saja warga negara itu yang tak berdosa. Semua yang dilakukan Muslim jaman sekarang yang mengherankan dunia adalah sama dengan tindakan Muhammad.
Di bagian 22, ayat 23 dalam Qur’an, Allâh memberi ijin berperang. Ini adalah ayat yang sama yang ditulis Osama Bin Laden di suratnya kepada Amerika. Apakah sekarang kita bisa berkata bahwa Islam tidak ada hubungannya dengan terorisme?