Dari awal masa mudanya, Muhammad menghadiri pasar malam yang diadakan secara berkala di Okaz, dimana orang2, dari segala tempat bertemu utk berdagang dan bersuka ria. Disana, para pengkhotbah kristen membacakan kisah2 nabi dari Bible mereka utk menangkap para hadirin. Muhammad terkagum-kagum oleh kisah2 tersebut. Menjadi orang yang dicintai dan dihargai adalah satu2nya pemikiran yang memenuhi benaknya. “Betapa hebat rasanya menjadi seorang nabi, menjadi orang yang dicintai dan ditakuti setiap orang,” itu yang dia pikirkan sambil mendengarkan kisah2 tersebut. Sekarang, istrinya meyakinkan dia bahwa dia telah menjadi seorang nabi dan bahwa fantasinya telah menjadi kenyataan. Sepertinya Tuhan pada akhirnya memperhatikan dia dengan murah hati, telah memilih dia diantara semua orang dan mengangkat dia menyampaikan pesan2nya dan mengundang orang2 untuk tunduk.
Pikiran2 yang ada dalam benak Muhammad semuanya mengenai hal yang besar2. Malah ide besar dan keyakinannya yang teguh inilah yang membangkitkan para pengikutnya utk berusaha mendapatkan perhatiannya, utk membunuh, menjarah dan membunuh, meski itu ayah mereka sendiri, demi Muhammad. Berkat ide2 besar tentang superioritas inilah, dia selalu merasa berhak utk mendapat perlakuan spesial.
Muhammad adalah orang yang selalu berhasrat utk memanipulasi dan mengeksploitasi. Dia bangun kerajaannya tanpa pernah turun sendiri melakukan pertempuran secara langsung. Dengan menjanjikan hadiah didunia lain dan sebuah surga penuh dengan pesta seks tak berkesudahan bagi mereka yang percaya padanya, dia mampu membuat mereka gigih bertempur dalam namanya, menghabiskan kekayaan mereka demi dia, mengorbankan nyawa mereka, merampok utk membuat dia kaya dan melesatkannya ke puncak kekuasaan.
Orang Narsisis adalah ahli penipuan. Mereka sendiri, sebenarnya, adalah korban pertama dari penipuan itu juga. Mereka secara tidak sadar menyangkal gambaran diri mereka yang miskin dan tidak toleran dengan menggelembungkan ego mereka tentang hal2 besar. Mereka mengubah diri mereka menjadi sebuah gambar yang berkilauan akan hal2 hebat dikelilingi oleh dinding2 penyangkalan. Tujuan dari penipuan diri ini adalah agar tidak mempan terhadap kritik luar dan lautan keraguan yang berputar2 dalam diri mereka. Orang narsisis adalah pembohong alami, mereka benar2 percaya akan kebohongan yang mereka buat sendiri dan sangat sangat tidak suka bila ditentang.
Vaknin menyatakan, “Orang narsisis selalu berada dalam usaha utk mencapai kesenangan dan drama yang dimaksudkan utk mengurangi kebosanan dan kesedihan yang meresap masuk. Tentu saja, usaha itu sendiri dan tujuannya harus memenuhi pandangan2 besar yang orang itu punya tentang dirinya sendiri (pandangan yang sebenarnya palsu). Mereka harus dibuat setaraf dengan pandangannya mengenai hak dia dan keunikannya." [28]
[28] Dr. Sam Vaknin Narcissism FAQ #57
Hal ini menjelaskan peperangan terus menerus yang dilakukan Muhammad. Drama, aliran adrenalin dan kesenangan adalah suplai2 yang dibutuhkan jiwa narsisistiknya. Betapapun, si narsisis itu sendirilah yang pertama percaya akan omong kosong yg dia ucapkan.
Dr. Vaknin menjelaskan: “Pegangan sang narsisis akan kenyataan adalah lemah (orang narsisis kadang gagal dalam test kenyataan). Tak dapat disangkal, sang narsisis sering seperti percaya pada perkataan mereka sendiri. Mereka tidak sadar akan sifat patologis dan sumber dari ‘khayalan diri’ mereka dan dg demikian secara teknis mereka delusional/menganggap khayalan sebagai kenyataan. (meski mereka jarang menderita halusinasi, kesulitan berbicara atau kelakuan yang tak menentu atau tidak normal). Dalam kalimat yang lebih tepatnya, orang narsisis kelihatan seperti orang sakit jiwa.” [29]
[29] http://samvak.tripod.com/journal91.html
Vaknin, tapi berkata bahwa orang narsisis, meski ahli dalam penipuan diri atau bahkan adalah seorang penipu yang berbahaya, mereka ‘biasanya sadar sepenuhnya akan perbedaan antara benar dan salah, kenyataan dan karangan, hal ciptaan dan yang telah ada, benar dan salah. Orang narsisis secara sadar memilih utk mengadopsi satu versi kejadian, sebuah cerita yang bisa membuat dia lebih besar, keberadaan sebuah dongeng, sebuah kehidupan ‘yang tak ada’ dari permainan pikiran ‘bagaimana-jika’ (what-if). Dia secara emosional menanam saham dalam mitos pribadinya sendiri. Orang narsisis merasa lebih baik dalam fiksi dibanding kenyataan – tapi dia tidak pernah kehilangan pemikiran akan fakta bahwa itu semua hanya fiksi saja. Orang narsisis punya kontrol penuh akan kemampuannya, sadar akan pilihannya dan orientasi tujuannya. Tingkah lakunya diniatkan dan terarah. Dia adalah seorang manipulator dan khayalannya ada utk melayani tipu muslihatnya. Karena itu ia punya kemampuan seperti bunglon utk berganti samaran, berganti tingkah laku, dan pendirian secara seketika… Orang narsisis “berusaha utk mengkondisikan orang2 terdekat dan yang mencintanya utk secara positif membangun “dirinya yang palsu’ yang dikhayalkannya.” [30] Dalam kasus Muhammad, peran itu dimainkan oleh Khadijah.
[30] Ibid.
Hal ini agak sulit utk dimengerti. Disatu pihak, Vaknin bilang orang narsisis tidak pernah kehilangan kenyataan bahwa semua itu hanyalah fiksi, dan dilain pihak dia bilang bahwa pegangan orang narsisis pada kenyataan adalah lemah dan sering mereka percaya akan omong kosong mereka sendiri. Meski ini menimbulkan dilemma logika bagi orang normal, tapi tidak demikian bagi orang narsisis yang berbohong dan lalu meyakinkan dirinya sendiri akan bohong itu seakan hal itu benar dan akan mengubah ceritanya kapan saja ia suka.
Kita cenderung percaya bahwa kalau tidak orang itu gila atau ia seorang pembohong dan bahwa keduanya sama-sama berjalan sendiri2. Ini tidak benar. Sering para kriminal berdalih gila utk lolos dari hukuman dan masyarakat, termasuk juga para profesional kejiwaan, percaya pada dalih ini. Kebodohan ini telah mencapai tingkat kemustahilan. James Pacenza, 58 tahun, yang dipecat karena menghabiskan waktunya melakukan chat porno di internet, menuntut perusahaan yang memecatnya IBM, dengan kesalahan pemecatan dengan mengaku bahwa dia ketagihan chat online tersebut dan IBM harusnya bersimpati dan merawatnya bukan memecat. Dia dihadiahi kompensasi 5 juta dollar. [31]
[31] http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/6682827.stm
Yang sebenarnya adalah bahwa orang narsisis sepenuhnya sadar akan tindakan2 mereka. Pembunuh berantai di New York, David Berkowitz, yang menyebut dirinya ”Son of Sam,” lolos hukuman mati karena kejahatannya begitu tak masuk akal hingga tiap orang berpikir dia tidak bertanggung jawab atas tindakannya karena gila. Sebenarnya dia sepenuhnya sadar yang dia lakukan itu salah. Itu sebabnya dia mencoba dengan keras utk mengelabui polisi bahkan mengejek mereka. Betatapun, dia adalah seorang narsisis dan butuh perhatian lebih. Jadi dia tinggalkan petunjuk2 agar ditemukan. Kegembiraan karena menjadi tenar dari pemberitaan kasus tersebut lebih menarik bagi dia dibanding kebebasannya. Dia tidak bisa utk tidak menikmati semua ketenaran itu. Apa yang Berkowitz lakukan konsisten dengan penyakit Narsisistik. Ketika dia tertangkap dan dipenjara, dia putuskan utk menjadi Kristen yang dilahirkan kembali. Kenapa tidak dia lakukan sebelumnya? Apa dia mendapat bedah jiwa dipenjara? Tidak! Dia hanya memutuskan utk mengubah taktik agar mendapat perhatian yang begitu dia dambakan lagi. Di penjara, satu-satunya jalan utk itu adalah dengan menjadi orang suci. Orang narsisis seperti bunglon. Dia dengan teliti mengawasi orang lain utk melihat hal apa yang bisa mendatangkan perhatian lebih banyak lalu bertindak sesuai dengan itu.
Orang dengan penyakit jiwa sadar akan tindakan2 mereka. Mereka tahu bedanya salah dan benar. Yang diinginkan psikopat narsisis hanyalah perhatian. Bagaimana cara mendapatkannya tidaklah penting. Jika mereka bisa mendapatkannya dengan menjadi pembunuh berantai, mereka akan menjadi itu dan jika utk itu harus menjadi orang yang religius, itulah yang akan mereka lakukan.
Secara luasnya, kita bisa bandingkan pembunuh berantai dengan seorang perokok. Keduanya tahu apa yang mereka lakukan itu salah. Tapi, dorongan utk itu lebih kuat dari kekuatan mereka dan mereka menyerah pada hasrat tersebut. Seorang perokok membunuh diri mereka sendiri dengan pelahan, satu rokok demi satu rokok, dan pembunuh berantai membunuh orang lain. Kenapa perokok tidak bisa berhenti padahal tahu tembakau itu bisa membunuhnya? Ini karena dia ketagihan nikotin. Sama juga, seorang psikopat narsisis tidak bisa berhenti karena mereka ketagihan ‘hentakan adrenalin’ dan kesenangan menjadi tuhan. Mereka tahu apa yang mereka lakukan itu salah karena mereka bersembunyi dan memainkan polisi. Mereka meninggalkan petunjuk mengenai diri mereka sampai mereka tertangkap karena dorongan utk mendapat perhatian begitu kuatnya hingga mereka rela mengambil risiko kehilangan kebebasan dan nyawanya utk itu.
Bukti lain psikopat tahu apa yang mereka lakukan itu salah adalah mereka tidak mau menjadi korban perbuatan mereka sendiri. Muhammad merampok dusun2 dan setelah membantai penduduk tak bersenjata, dia menjarah harta milik mereka. Tapi, dia siksa sampai mati mereka yang membunuh seorang gembala dan mencuri ontanya. Dia perkosa wanita tangkapan dalam perampokan2nya, meski mereka ada yang telah menikah, tapi dia tidak bisa toleran jika ada yang melirik istrinya dan memerintahkan para istrinya utk menutupi wajah mereka. Bisakah kita katakan dia tidak sadar apa yang dilakukannya itu tidak benar? Tentu saja tidak! Dia larang membunuh dan mencuri, tapi dia benarkan pembunuhan dan perampokannya sendiri. Sebagai seorang narsisis, dia percaya dirinya lebih superior dari orang lain, berhak mendapat hak khusus dan bebas utk melakukan apapun yang didiktekan olehnya. Muhammad adalah seorang gila sekaligus pembohong. Ini hanya mungkin jika dia seorang narsisis yang psikopat.
Pikiran2 yang ada dalam benak Muhammad semuanya mengenai hal yang besar2. Malah ide besar dan keyakinannya yang teguh inilah yang membangkitkan para pengikutnya utk berusaha mendapatkan perhatiannya, utk membunuh, menjarah dan membunuh, meski itu ayah mereka sendiri, demi Muhammad. Berkat ide2 besar tentang superioritas inilah, dia selalu merasa berhak utk mendapat perlakuan spesial.
Muhammad adalah orang yang selalu berhasrat utk memanipulasi dan mengeksploitasi. Dia bangun kerajaannya tanpa pernah turun sendiri melakukan pertempuran secara langsung. Dengan menjanjikan hadiah didunia lain dan sebuah surga penuh dengan pesta seks tak berkesudahan bagi mereka yang percaya padanya, dia mampu membuat mereka gigih bertempur dalam namanya, menghabiskan kekayaan mereka demi dia, mengorbankan nyawa mereka, merampok utk membuat dia kaya dan melesatkannya ke puncak kekuasaan.
Orang Narsisis adalah ahli penipuan. Mereka sendiri, sebenarnya, adalah korban pertama dari penipuan itu juga. Mereka secara tidak sadar menyangkal gambaran diri mereka yang miskin dan tidak toleran dengan menggelembungkan ego mereka tentang hal2 besar. Mereka mengubah diri mereka menjadi sebuah gambar yang berkilauan akan hal2 hebat dikelilingi oleh dinding2 penyangkalan. Tujuan dari penipuan diri ini adalah agar tidak mempan terhadap kritik luar dan lautan keraguan yang berputar2 dalam diri mereka. Orang narsisis adalah pembohong alami, mereka benar2 percaya akan kebohongan yang mereka buat sendiri dan sangat sangat tidak suka bila ditentang.
Vaknin menyatakan, “Orang narsisis selalu berada dalam usaha utk mencapai kesenangan dan drama yang dimaksudkan utk mengurangi kebosanan dan kesedihan yang meresap masuk. Tentu saja, usaha itu sendiri dan tujuannya harus memenuhi pandangan2 besar yang orang itu punya tentang dirinya sendiri (pandangan yang sebenarnya palsu). Mereka harus dibuat setaraf dengan pandangannya mengenai hak dia dan keunikannya." [28]
[28] Dr. Sam Vaknin Narcissism FAQ #57
Hal ini menjelaskan peperangan terus menerus yang dilakukan Muhammad. Drama, aliran adrenalin dan kesenangan adalah suplai2 yang dibutuhkan jiwa narsisistiknya. Betapapun, si narsisis itu sendirilah yang pertama percaya akan omong kosong yg dia ucapkan.
Dr. Vaknin menjelaskan: “Pegangan sang narsisis akan kenyataan adalah lemah (orang narsisis kadang gagal dalam test kenyataan). Tak dapat disangkal, sang narsisis sering seperti percaya pada perkataan mereka sendiri. Mereka tidak sadar akan sifat patologis dan sumber dari ‘khayalan diri’ mereka dan dg demikian secara teknis mereka delusional/menganggap khayalan sebagai kenyataan. (meski mereka jarang menderita halusinasi, kesulitan berbicara atau kelakuan yang tak menentu atau tidak normal). Dalam kalimat yang lebih tepatnya, orang narsisis kelihatan seperti orang sakit jiwa.” [29]
[29] http://samvak.tripod.com/journal91.html
Vaknin, tapi berkata bahwa orang narsisis, meski ahli dalam penipuan diri atau bahkan adalah seorang penipu yang berbahaya, mereka ‘biasanya sadar sepenuhnya akan perbedaan antara benar dan salah, kenyataan dan karangan, hal ciptaan dan yang telah ada, benar dan salah. Orang narsisis secara sadar memilih utk mengadopsi satu versi kejadian, sebuah cerita yang bisa membuat dia lebih besar, keberadaan sebuah dongeng, sebuah kehidupan ‘yang tak ada’ dari permainan pikiran ‘bagaimana-jika’ (what-if). Dia secara emosional menanam saham dalam mitos pribadinya sendiri. Orang narsisis merasa lebih baik dalam fiksi dibanding kenyataan – tapi dia tidak pernah kehilangan pemikiran akan fakta bahwa itu semua hanya fiksi saja. Orang narsisis punya kontrol penuh akan kemampuannya, sadar akan pilihannya dan orientasi tujuannya. Tingkah lakunya diniatkan dan terarah. Dia adalah seorang manipulator dan khayalannya ada utk melayani tipu muslihatnya. Karena itu ia punya kemampuan seperti bunglon utk berganti samaran, berganti tingkah laku, dan pendirian secara seketika… Orang narsisis “berusaha utk mengkondisikan orang2 terdekat dan yang mencintanya utk secara positif membangun “dirinya yang palsu’ yang dikhayalkannya.” [30] Dalam kasus Muhammad, peran itu dimainkan oleh Khadijah.
[30] Ibid.
Hal ini agak sulit utk dimengerti. Disatu pihak, Vaknin bilang orang narsisis tidak pernah kehilangan kenyataan bahwa semua itu hanyalah fiksi, dan dilain pihak dia bilang bahwa pegangan orang narsisis pada kenyataan adalah lemah dan sering mereka percaya akan omong kosong mereka sendiri. Meski ini menimbulkan dilemma logika bagi orang normal, tapi tidak demikian bagi orang narsisis yang berbohong dan lalu meyakinkan dirinya sendiri akan bohong itu seakan hal itu benar dan akan mengubah ceritanya kapan saja ia suka.
Kita cenderung percaya bahwa kalau tidak orang itu gila atau ia seorang pembohong dan bahwa keduanya sama-sama berjalan sendiri2. Ini tidak benar. Sering para kriminal berdalih gila utk lolos dari hukuman dan masyarakat, termasuk juga para profesional kejiwaan, percaya pada dalih ini. Kebodohan ini telah mencapai tingkat kemustahilan. James Pacenza, 58 tahun, yang dipecat karena menghabiskan waktunya melakukan chat porno di internet, menuntut perusahaan yang memecatnya IBM, dengan kesalahan pemecatan dengan mengaku bahwa dia ketagihan chat online tersebut dan IBM harusnya bersimpati dan merawatnya bukan memecat. Dia dihadiahi kompensasi 5 juta dollar. [31]
[31] http://news.bbc.co.uk/2/hi/americas/6682827.stm
Yang sebenarnya adalah bahwa orang narsisis sepenuhnya sadar akan tindakan2 mereka. Pembunuh berantai di New York, David Berkowitz, yang menyebut dirinya ”Son of Sam,” lolos hukuman mati karena kejahatannya begitu tak masuk akal hingga tiap orang berpikir dia tidak bertanggung jawab atas tindakannya karena gila. Sebenarnya dia sepenuhnya sadar yang dia lakukan itu salah. Itu sebabnya dia mencoba dengan keras utk mengelabui polisi bahkan mengejek mereka. Betatapun, dia adalah seorang narsisis dan butuh perhatian lebih. Jadi dia tinggalkan petunjuk2 agar ditemukan. Kegembiraan karena menjadi tenar dari pemberitaan kasus tersebut lebih menarik bagi dia dibanding kebebasannya. Dia tidak bisa utk tidak menikmati semua ketenaran itu. Apa yang Berkowitz lakukan konsisten dengan penyakit Narsisistik. Ketika dia tertangkap dan dipenjara, dia putuskan utk menjadi Kristen yang dilahirkan kembali. Kenapa tidak dia lakukan sebelumnya? Apa dia mendapat bedah jiwa dipenjara? Tidak! Dia hanya memutuskan utk mengubah taktik agar mendapat perhatian yang begitu dia dambakan lagi. Di penjara, satu-satunya jalan utk itu adalah dengan menjadi orang suci. Orang narsisis seperti bunglon. Dia dengan teliti mengawasi orang lain utk melihat hal apa yang bisa mendatangkan perhatian lebih banyak lalu bertindak sesuai dengan itu.
Orang dengan penyakit jiwa sadar akan tindakan2 mereka. Mereka tahu bedanya salah dan benar. Yang diinginkan psikopat narsisis hanyalah perhatian. Bagaimana cara mendapatkannya tidaklah penting. Jika mereka bisa mendapatkannya dengan menjadi pembunuh berantai, mereka akan menjadi itu dan jika utk itu harus menjadi orang yang religius, itulah yang akan mereka lakukan.
Secara luasnya, kita bisa bandingkan pembunuh berantai dengan seorang perokok. Keduanya tahu apa yang mereka lakukan itu salah. Tapi, dorongan utk itu lebih kuat dari kekuatan mereka dan mereka menyerah pada hasrat tersebut. Seorang perokok membunuh diri mereka sendiri dengan pelahan, satu rokok demi satu rokok, dan pembunuh berantai membunuh orang lain. Kenapa perokok tidak bisa berhenti padahal tahu tembakau itu bisa membunuhnya? Ini karena dia ketagihan nikotin. Sama juga, seorang psikopat narsisis tidak bisa berhenti karena mereka ketagihan ‘hentakan adrenalin’ dan kesenangan menjadi tuhan. Mereka tahu apa yang mereka lakukan itu salah karena mereka bersembunyi dan memainkan polisi. Mereka meninggalkan petunjuk mengenai diri mereka sampai mereka tertangkap karena dorongan utk mendapat perhatian begitu kuatnya hingga mereka rela mengambil risiko kehilangan kebebasan dan nyawanya utk itu.
Bukti lain psikopat tahu apa yang mereka lakukan itu salah adalah mereka tidak mau menjadi korban perbuatan mereka sendiri. Muhammad merampok dusun2 dan setelah membantai penduduk tak bersenjata, dia menjarah harta milik mereka. Tapi, dia siksa sampai mati mereka yang membunuh seorang gembala dan mencuri ontanya. Dia perkosa wanita tangkapan dalam perampokan2nya, meski mereka ada yang telah menikah, tapi dia tidak bisa toleran jika ada yang melirik istrinya dan memerintahkan para istrinya utk menutupi wajah mereka. Bisakah kita katakan dia tidak sadar apa yang dilakukannya itu tidak benar? Tentu saja tidak! Dia larang membunuh dan mencuri, tapi dia benarkan pembunuhan dan perampokannya sendiri. Sebagai seorang narsisis, dia percaya dirinya lebih superior dari orang lain, berhak mendapat hak khusus dan bebas utk melakukan apapun yang didiktekan olehnya. Muhammad adalah seorang gila sekaligus pembohong. Ini hanya mungkin jika dia seorang narsisis yang psikopat.