Pada tanggal 23 Oktber, 2001, stasiun TV PBS menyiarkan sebuah tayangan dokumentasi tentang TLE. Salah satu para penderita TLE yang diwawancarai bernama John Sharon. Kasusnya menarik untuk dibaca dan dibandingkan dengan apa yang kita ketahui tentang Muhammad. Kasus John Sharon bisa mengungkapkan keadaan pikiran dan kegilaan Muhammad.
John Sharon: Kejang2 yang kualami melanda diriku, hatiku, dan jiwaku, pokoknya semuanya. Ketika mengalami saat itu, seluruh tubuhku menggigil dan aku... yah, begitulah.
Narator: Kejang2 epilepsi John sebenarnya adalah setrum listrik pada temporal lobes ketika sekelompok neuron mulai menembaki secara serampangan, tidak seirama dengan kerja bagian lain otak.
Baru2 ini John mengalami kejang2 yang paling buruk yang pernah dialaminya. Saat itu dia sedang berada di tengah gurun pasir bersama pacarnya, dan keduanya mabuk2an, dan ini berakibat fatal. John seketika mengalami kekejangan berturut-turut, yang setiap kekejangan berlangsung selama lima menit, penuh dengan ketegangan dan kejutan otot yang keras yang mengakibatkan dirinya pingsan. Akhirnya, John dapat menelpon ayahnya yang kemudian menjemputnya di padang pasir dan mengantarkannya pulang.
John Sharon: Dalam perjalanan pulang, ayah dan aku bercakap-cakap tentang pertanyaan2 filosofi tentang berbagai hal. Aku tidak bisa berhenti bicara... sampai di rumah juga aku terus saja berbicara. Rasanya bagaikan diberi obat perangsang otak.
Ayah John Sharon: Yang terjadi pada dirinya adalah seperti gempa di dalam tubuh, dan seperti gempa apapun, pasti akan terjadi akibat setelah gempa terjadi. Seperti gempa apapun yang menghancurkan, maka setelah gempa berlalu, kerusakan harus diperbaiki dan dibangun kembali. Yang kuhadapi dalam diri John adalah akibat setelah gempa terjadi, terutama tahap akhirnya. Rasanya bagaikan masuk lukisan Salvador Dali. Semuanya seketika jadi terasa sureal (alam tak nyata, tapi masih tampak hampir sama dengan kenyataan). Ini sebenarnya adalah akibat kekejangan yang dialaminya - akibat kejang yang dialami otaknya mempengaruhi daya ingatnya, daya pikirnya, dan semuanya.
Narrator: Ketika akhirnya serangan kejang2 berhenti, John sangat kelelahan tapi merasa seperti yang maha kuasa.
John Sharon: Aku lari ke jalanan sambil berteriak bahwa aku adalah Tuhan. Sewaktu seorang lelaki ke luar rumah, aku dengan marah mendekatinya dan istrinya sambil berterika, "Kami berani tidak percaya bahwa aku Tuhan?"
Ayah John Sharon: Dan aku berkata padanya,"Kau sialan, masuk kembali ke rumah! Apa yang kau lakukan? Kau hanya mengacau tetangga2 saja. Mereka akan memanggil polisi. Apa sih sebenarnya yang terjadi padamu?"
John Sharon: Aku melihat padanya dengan tenang dan meminta maaf padanya, "Tidak. Tidak seorang pun yang akan memanggil polisi." Aku tidak mengatakan hal yang kupikir saat itu,"Tiada orang yang memanggil polisi untuk menangkap Tuhan!"
Narator: John sama sekali bukan orang yang beragama, tapi kekejangan yang dialaminya menimbulkan perasaan2 rohani yang luar biasa.
Vilayanur.S. Ramachandran adalah Direktur Pusat Otak dan Pengetahuan dan profesor dari Departmen Psykologi dan Program Neurosains di Universitas California di San Diego. Dia telah mengadakan penelitian menyeluruh tentang Temporal Lobe Epilepsi (TLE).
V.S. Ramachandran: Sudah diketahui sejak lama bahwa beberapa orang yang menderita kekejangan di temporal lobes juga mengalami perasaan rohani yang sangat kuat, seperti merasa Tuhan mengunjungi mereka. Kadang2 terasa bertemu Tuhan secara pribadi, kadang2 merasa seperti bersatu dengan jagad raya. Semuanya penuh dengan makna. Pasien TLE akan berkata, "Akhirnya aku tahu arti semuanya, Dokter. Aku benar2 mengenal Tuhan. Aku tahu tempatku di jagad raya." Mengapa hal ini terjadi dan mengapa hal ini begitu sering terjadi pada pasien2 yang mengalami kejang2 temporal lobes?
John Sharon: Oh, Tuhan. Tahukah kau? Aku begitu yakin akan pemikiranku, sehingga jika aku ke luar ke jalanan, orang2 akan mengikut aku. Tidak seperti orang2 gila dengan sorban di kepala mereka, tidak seperti orang2 idiot... tapi bagaikan generasi nabi2 baru. Apakah semua nabi2 yang ada dulu berada di bumi semuanya mendapatkan anugerah seperti ini dari illahi?
V.S. Ramachandran: Mungkin saja, bukan?
John Sharon: Aku sama sekali belum pernah jadi orang yang beragama. Orang2 bilang,"Tidak mungkin kau bisa melihat masa depan." Sebenarnya itulah anugerah illahi, tapi kau harus membayarnya dengan menderita kejang2 hebat.
V.S. Ramachandran: Mengapa para pasien ini mengalami pengalaman rohani yang sangat kuat ketika sedang menderita kejang2? Dan mengapa mereka memikirkan hal2 theologi dan agamawi bahkan setelah mengalami kekejangan?
Satu kemungkinan adalah aktivitas kekejangan di temporal lobes menghasilkan segala macam keanehan, perasaan2 yang janggal di dalam pikiran penderitanya ... di dalam otak sang penderita. Perasaan2 aneh inilah dapat diartikan oleh penderita sebagai kunjungan ke dunia lain, atau seperti "Tuhan menemuiku." Mungkin inilah satu2nya cara baginya untuk menjelaskan perasaan2 aneh yang terjadi dalam otaknya. Kemungkinan lain adalah inilah cara bagaimana temporal lobes tersusun untuk mengartikan keadaan secara emosional. Ketika kita berjalan dan berinteraksi dengan dunia, manusia perlu menemukan cara untuk menentukan hal apa yang penting, apa yang perlu, dan apa yang relevan bagi dirinya dibandingkan hal2 yang tidak bermakna dan tidak berarti.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Yang tampaknya penting untuk dilihat adalah hubungan antara daerah2 sensor di temporal lobes dan amygdala. Amygdala adalah pintu gerbang ke pusat2 emosi dalam otak. Kekuatan hubungan2 inilah yang menentukan hal2 mana yang terasa lebih penting secara emosional. Ini bagaikan daerah luas emosi, dengan lembah2 dan gunung2 yang semuanya berhubungan dengan apa yang kita anggap penting atau tidak. Setiap orang punya daerah seperti ini yang sedikit berbeda dengan milik orang lain. Sekarang bayangkan apa yang terjadi pada temporal lobe epilepsi ketika seseorang mengalami kekejangan otak berkali-kali. Yang mungkin terjadi adalah jalur2 yang menentukan apa yang penting atau tidak jadi kacau. Hal ini bagaikan air mengalir di permukaan lembah2 tersebut. Ketika air hujan datang terus-menerus, maka air yang menggenangi memperlebar celah lembah yang ada dan dengan begitu meningkatkan perasaan penting akan hal2 yang dulu tidak terasa penting. Jika dulu bertemu dengan singa, harimau dan ibu merupakan hal penting, tapi sekarang segala yang hal tidak penting jadi terasa penting. Misalnya, sebutir pasir, sepotong kayu, sebutir nasi, dan hal2 yang remeh sekarang diamati dengan sangat seksama. Kecenderungan seperti ini serupa dengan pengalaman rohani yang dialami seseorang.
Tiada daerah tertentu dalam temporal lobe yang berhubungan dengan Tuhan. Tapi ada kemungkinan terdapat bagian tertentu dalam temporal lobes yang peka terhadap hal2 bersifat relijius. Memang ini belum pasti, tapi ada kemungkinan seperti itu. Sekarang pertanyaannya adalah mengapa kita memiliki fungsi syaraf tertentu dalam temporal lobes yang berhubungan dengan hal relijius? Kepercayaan pada agama adalah sifat yang umum. Setiap suku, setiap masyarakat memiliki ibadah agama tertentu. Kemungkinan alasan terbentuknya kepercayaan, jika memang kepercayaan itu dibentuk, adalah karena kepercayaan berhubungan dengan stabilitas masyarakat, yang memudahkan diri seseorang jika dia percaya pada makhluk illahi yang maha kuasa. Ini kemungkinan alasa mengapa perasaan relijius terjadi dalam otak.
Sejarah penuh dengan tokoh2 relijius. Psikologis William Janes (902) percaya bahwa Rasul Paulus menemukan hati nuraninya yang baru dalam perjalanannya ke Damaskus, ketika dia melihat sinar dan mendengar suara yang bertanya padanya, "Saul, Saul, mengapa kau menyiksaku?", dan setelah itu dia buta untuk sementara waktu dan beralih memeluk kepercayaan baru. Yang dialaminya kemungkinan adalah "badai syaraf kejiwaan atau luka kejang seperti epilepsi." Rasul Paulus menerangkan penglihatannya sebagai berikut: Agar aku tidak sombong karena mendapat wahyu2 hebat ini, aku dibiarkan menderita fisik bagaikan ada duri dalam daging, yang dikirim oleh setan untuk menyiksaku. Tiga kali aku meminta pada Tuhan untuk membebaskanku dari siksaan fisik ini. Tapi Tuhan berkata padaku, "Anugerahku sudah cukup bagimu, karena kekuatanku sempurna dalam penderitaan.
Ahli TLE bernama Eve LaPlante berpendapat bahwa pengalaman Musa bertemu dengan semak belukar yang membara adalah akibat dari TLE. Yehezkiel juga diduga menderita TLE. Penglihatannya sangat mengejutkan:
Aku melihat badai datang dari utara - awan besar penuh halilintar menyala dan dikitari sinar cemerlang. Di tengah api tampak metal menyala dan dalam api tampak seperti empat makhluk2 hidup. Wujud mereka bagaikan manusia, tapi setiap makhluk memiliki empat wajah dan empat sayap. Kaki2 mereka lurus; tapak kaki mereka bagaikan tapak kaki anak lembu dan berkilau bagaikan tembaga mengkilat. Di bawah sayap mereka pada keempat sisi mereka terdapat tangan2 manusia. Keempat makhluk itu memiliki wajah dan sayap, dan sayap2 mereka bersentuhan satu sama lain. Masing2 makhluk bergerak lurus maju; mereka tidak menoleh saat bergerak.
Merupakan hal yang mustahil untuk melakukan penelaahan kejiwaan terhadap tokoh2 yang hidup di jaman dulu dan yang tidak kita ketahui. Musa bagaikan tokoh dongeng. Kita tidak bisa yakin sepenuhnya bahwa kisah tentang dia memang benar2 terjadi. Akan tetapi, yang dapat kita katakan adalah kisah aneh ini, jika memang benar2 terjadi, sesuai dengan gejala2 TLE.
Saat ini, pasien2 TLE mengaku melihat UFO dan makhluk2 planet asing (ET = Extra Terrestrial) yang kecil berwarna abu2. LaPlante mencatat bahwa banyak orang2 yang mengaku diculik UFO merasakan gejala2 epilepsi ringan sebelum mereka "diculik." Beberapa yang diculik merasakan rasa panas di sebelah mukanya; mendengarkan suara berdering dalam kupingnya, dan melihat pancaran2 sinar sebelum diculik. Yang lain melaporkan mendengar suara2 dan merasakan ketakutan.
Kasus lain yang terkenal terjadi di abad ke-16 dan dialami oleh seorang biarawati yang dikenal dengan nama Santa Teresa dari Avila (1515 -1582). Dia mengalami penglihatan yang sangat jelas, sakit kepala hebat dan mengigau, yang diikuti "perasaan yang damai, tenang, dan buah2 yang baik dari hati, dan ... pengertian kebesaran Tuhan" (St. Theresa 1930:171). Para penulis riwayat hidupnya menduga dia mengalami kejang2 epilepsi (Sackville-West 1943).
LaPlante mengatakan para pelukis dan penulis seperti Vincent van Gogh, Gustave Flaubert, Lewis Carroll, Marcel Proust, Tennyson dan Fyodor Dostoevsky semuanya menderita TLE. Penderita TLE biasanya mengalami perubahan sifat, terutama keinginan kuat untuk menulis atau melukis dan perasaan relijius yang sangat kuat.
Menurut LaPlante, Muhammad juga menderita TLE. Contoh2 orang yang lebih modern adalah Joseph Smith, pendiri kepercayaan Mormon, dan Ellen White, pendiri gerakan Advent Hari Ke Tujuh, yang di usia 9 tahun mengalami luka otak yang merubah wataknya sepenuhnya. Dia juga mulai mengalami penglihatan2 rohani yang sangat kuat.
Helen Schucman adalah ahli jiwa Yahudi yang atheis. Suatu saat dia mengaku menerima pesan dari Yesus Kristus dalam bentuk "bacaan" yang disebutnya sebagai Ajaran Muzizat. Ada kemungkinan besar dia menderita TLE. Dilaporkan bahwa Schucman mengalami tekanan jiwa paranoia berat di dua tahun akhir hidupnya.
Syed Ali Muhammad Bab yang adalah pendiri agama Babi juga kemungkinan menderita epilepsi. Kitab Bayan yang ditulisnya dalam bahasa Persia (yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan bisa dibeli di internet) merupakan contoh klasik karya tulis penderita epilepsi.
John Sharon: Kejang2 yang kualami melanda diriku, hatiku, dan jiwaku, pokoknya semuanya. Ketika mengalami saat itu, seluruh tubuhku menggigil dan aku... yah, begitulah.
Narator: Kejang2 epilepsi John sebenarnya adalah setrum listrik pada temporal lobes ketika sekelompok neuron mulai menembaki secara serampangan, tidak seirama dengan kerja bagian lain otak.
Baru2 ini John mengalami kejang2 yang paling buruk yang pernah dialaminya. Saat itu dia sedang berada di tengah gurun pasir bersama pacarnya, dan keduanya mabuk2an, dan ini berakibat fatal. John seketika mengalami kekejangan berturut-turut, yang setiap kekejangan berlangsung selama lima menit, penuh dengan ketegangan dan kejutan otot yang keras yang mengakibatkan dirinya pingsan. Akhirnya, John dapat menelpon ayahnya yang kemudian menjemputnya di padang pasir dan mengantarkannya pulang.
John Sharon: Dalam perjalanan pulang, ayah dan aku bercakap-cakap tentang pertanyaan2 filosofi tentang berbagai hal. Aku tidak bisa berhenti bicara... sampai di rumah juga aku terus saja berbicara. Rasanya bagaikan diberi obat perangsang otak.
Ayah John Sharon: Yang terjadi pada dirinya adalah seperti gempa di dalam tubuh, dan seperti gempa apapun, pasti akan terjadi akibat setelah gempa terjadi. Seperti gempa apapun yang menghancurkan, maka setelah gempa berlalu, kerusakan harus diperbaiki dan dibangun kembali. Yang kuhadapi dalam diri John adalah akibat setelah gempa terjadi, terutama tahap akhirnya. Rasanya bagaikan masuk lukisan Salvador Dali. Semuanya seketika jadi terasa sureal (alam tak nyata, tapi masih tampak hampir sama dengan kenyataan). Ini sebenarnya adalah akibat kekejangan yang dialaminya - akibat kejang yang dialami otaknya mempengaruhi daya ingatnya, daya pikirnya, dan semuanya.
Narrator: Ketika akhirnya serangan kejang2 berhenti, John sangat kelelahan tapi merasa seperti yang maha kuasa.
John Sharon: Aku lari ke jalanan sambil berteriak bahwa aku adalah Tuhan. Sewaktu seorang lelaki ke luar rumah, aku dengan marah mendekatinya dan istrinya sambil berterika, "Kami berani tidak percaya bahwa aku Tuhan?"
Ayah John Sharon: Dan aku berkata padanya,"Kau sialan, masuk kembali ke rumah! Apa yang kau lakukan? Kau hanya mengacau tetangga2 saja. Mereka akan memanggil polisi. Apa sih sebenarnya yang terjadi padamu?"
John Sharon: Aku melihat padanya dengan tenang dan meminta maaf padanya, "Tidak. Tidak seorang pun yang akan memanggil polisi." Aku tidak mengatakan hal yang kupikir saat itu,"Tiada orang yang memanggil polisi untuk menangkap Tuhan!"
Narator: John sama sekali bukan orang yang beragama, tapi kekejangan yang dialaminya menimbulkan perasaan2 rohani yang luar biasa.
Vilayanur.S. Ramachandran adalah Direktur Pusat Otak dan Pengetahuan dan profesor dari Departmen Psykologi dan Program Neurosains di Universitas California di San Diego. Dia telah mengadakan penelitian menyeluruh tentang Temporal Lobe Epilepsi (TLE).
V.S. Ramachandran: Sudah diketahui sejak lama bahwa beberapa orang yang menderita kekejangan di temporal lobes juga mengalami perasaan rohani yang sangat kuat, seperti merasa Tuhan mengunjungi mereka. Kadang2 terasa bertemu Tuhan secara pribadi, kadang2 merasa seperti bersatu dengan jagad raya. Semuanya penuh dengan makna. Pasien TLE akan berkata, "Akhirnya aku tahu arti semuanya, Dokter. Aku benar2 mengenal Tuhan. Aku tahu tempatku di jagad raya." Mengapa hal ini terjadi dan mengapa hal ini begitu sering terjadi pada pasien2 yang mengalami kejang2 temporal lobes?
John Sharon: Oh, Tuhan. Tahukah kau? Aku begitu yakin akan pemikiranku, sehingga jika aku ke luar ke jalanan, orang2 akan mengikut aku. Tidak seperti orang2 gila dengan sorban di kepala mereka, tidak seperti orang2 idiot... tapi bagaikan generasi nabi2 baru. Apakah semua nabi2 yang ada dulu berada di bumi semuanya mendapatkan anugerah seperti ini dari illahi?
V.S. Ramachandran: Mungkin saja, bukan?
John Sharon: Aku sama sekali belum pernah jadi orang yang beragama. Orang2 bilang,"Tidak mungkin kau bisa melihat masa depan." Sebenarnya itulah anugerah illahi, tapi kau harus membayarnya dengan menderita kejang2 hebat.
V.S. Ramachandran: Mengapa para pasien ini mengalami pengalaman rohani yang sangat kuat ketika sedang menderita kejang2? Dan mengapa mereka memikirkan hal2 theologi dan agamawi bahkan setelah mengalami kekejangan?
Satu kemungkinan adalah aktivitas kekejangan di temporal lobes menghasilkan segala macam keanehan, perasaan2 yang janggal di dalam pikiran penderitanya ... di dalam otak sang penderita. Perasaan2 aneh inilah dapat diartikan oleh penderita sebagai kunjungan ke dunia lain, atau seperti "Tuhan menemuiku." Mungkin inilah satu2nya cara baginya untuk menjelaskan perasaan2 aneh yang terjadi dalam otaknya. Kemungkinan lain adalah inilah cara bagaimana temporal lobes tersusun untuk mengartikan keadaan secara emosional. Ketika kita berjalan dan berinteraksi dengan dunia, manusia perlu menemukan cara untuk menentukan hal apa yang penting, apa yang perlu, dan apa yang relevan bagi dirinya dibandingkan hal2 yang tidak bermakna dan tidak berarti.
Bagaimana hal ini bisa terjadi? Yang tampaknya penting untuk dilihat adalah hubungan antara daerah2 sensor di temporal lobes dan amygdala. Amygdala adalah pintu gerbang ke pusat2 emosi dalam otak. Kekuatan hubungan2 inilah yang menentukan hal2 mana yang terasa lebih penting secara emosional. Ini bagaikan daerah luas emosi, dengan lembah2 dan gunung2 yang semuanya berhubungan dengan apa yang kita anggap penting atau tidak. Setiap orang punya daerah seperti ini yang sedikit berbeda dengan milik orang lain. Sekarang bayangkan apa yang terjadi pada temporal lobe epilepsi ketika seseorang mengalami kekejangan otak berkali-kali. Yang mungkin terjadi adalah jalur2 yang menentukan apa yang penting atau tidak jadi kacau. Hal ini bagaikan air mengalir di permukaan lembah2 tersebut. Ketika air hujan datang terus-menerus, maka air yang menggenangi memperlebar celah lembah yang ada dan dengan begitu meningkatkan perasaan penting akan hal2 yang dulu tidak terasa penting. Jika dulu bertemu dengan singa, harimau dan ibu merupakan hal penting, tapi sekarang segala yang hal tidak penting jadi terasa penting. Misalnya, sebutir pasir, sepotong kayu, sebutir nasi, dan hal2 yang remeh sekarang diamati dengan sangat seksama. Kecenderungan seperti ini serupa dengan pengalaman rohani yang dialami seseorang.
Tiada daerah tertentu dalam temporal lobe yang berhubungan dengan Tuhan. Tapi ada kemungkinan terdapat bagian tertentu dalam temporal lobes yang peka terhadap hal2 bersifat relijius. Memang ini belum pasti, tapi ada kemungkinan seperti itu. Sekarang pertanyaannya adalah mengapa kita memiliki fungsi syaraf tertentu dalam temporal lobes yang berhubungan dengan hal relijius? Kepercayaan pada agama adalah sifat yang umum. Setiap suku, setiap masyarakat memiliki ibadah agama tertentu. Kemungkinan alasan terbentuknya kepercayaan, jika memang kepercayaan itu dibentuk, adalah karena kepercayaan berhubungan dengan stabilitas masyarakat, yang memudahkan diri seseorang jika dia percaya pada makhluk illahi yang maha kuasa. Ini kemungkinan alasa mengapa perasaan relijius terjadi dalam otak.
Sejarah penuh dengan tokoh2 relijius. Psikologis William Janes (902) percaya bahwa Rasul Paulus menemukan hati nuraninya yang baru dalam perjalanannya ke Damaskus, ketika dia melihat sinar dan mendengar suara yang bertanya padanya, "Saul, Saul, mengapa kau menyiksaku?", dan setelah itu dia buta untuk sementara waktu dan beralih memeluk kepercayaan baru. Yang dialaminya kemungkinan adalah "badai syaraf kejiwaan atau luka kejang seperti epilepsi." Rasul Paulus menerangkan penglihatannya sebagai berikut: Agar aku tidak sombong karena mendapat wahyu2 hebat ini, aku dibiarkan menderita fisik bagaikan ada duri dalam daging, yang dikirim oleh setan untuk menyiksaku. Tiga kali aku meminta pada Tuhan untuk membebaskanku dari siksaan fisik ini. Tapi Tuhan berkata padaku, "Anugerahku sudah cukup bagimu, karena kekuatanku sempurna dalam penderitaan.
Ahli TLE bernama Eve LaPlante berpendapat bahwa pengalaman Musa bertemu dengan semak belukar yang membara adalah akibat dari TLE. Yehezkiel juga diduga menderita TLE. Penglihatannya sangat mengejutkan:
Aku melihat badai datang dari utara - awan besar penuh halilintar menyala dan dikitari sinar cemerlang. Di tengah api tampak metal menyala dan dalam api tampak seperti empat makhluk2 hidup. Wujud mereka bagaikan manusia, tapi setiap makhluk memiliki empat wajah dan empat sayap. Kaki2 mereka lurus; tapak kaki mereka bagaikan tapak kaki anak lembu dan berkilau bagaikan tembaga mengkilat. Di bawah sayap mereka pada keempat sisi mereka terdapat tangan2 manusia. Keempat makhluk itu memiliki wajah dan sayap, dan sayap2 mereka bersentuhan satu sama lain. Masing2 makhluk bergerak lurus maju; mereka tidak menoleh saat bergerak.
Merupakan hal yang mustahil untuk melakukan penelaahan kejiwaan terhadap tokoh2 yang hidup di jaman dulu dan yang tidak kita ketahui. Musa bagaikan tokoh dongeng. Kita tidak bisa yakin sepenuhnya bahwa kisah tentang dia memang benar2 terjadi. Akan tetapi, yang dapat kita katakan adalah kisah aneh ini, jika memang benar2 terjadi, sesuai dengan gejala2 TLE.
Saat ini, pasien2 TLE mengaku melihat UFO dan makhluk2 planet asing (ET = Extra Terrestrial) yang kecil berwarna abu2. LaPlante mencatat bahwa banyak orang2 yang mengaku diculik UFO merasakan gejala2 epilepsi ringan sebelum mereka "diculik." Beberapa yang diculik merasakan rasa panas di sebelah mukanya; mendengarkan suara berdering dalam kupingnya, dan melihat pancaran2 sinar sebelum diculik. Yang lain melaporkan mendengar suara2 dan merasakan ketakutan.
Kasus lain yang terkenal terjadi di abad ke-16 dan dialami oleh seorang biarawati yang dikenal dengan nama Santa Teresa dari Avila (1515 -1582). Dia mengalami penglihatan yang sangat jelas, sakit kepala hebat dan mengigau, yang diikuti "perasaan yang damai, tenang, dan buah2 yang baik dari hati, dan ... pengertian kebesaran Tuhan" (St. Theresa 1930:171). Para penulis riwayat hidupnya menduga dia mengalami kejang2 epilepsi (Sackville-West 1943).
LaPlante mengatakan para pelukis dan penulis seperti Vincent van Gogh, Gustave Flaubert, Lewis Carroll, Marcel Proust, Tennyson dan Fyodor Dostoevsky semuanya menderita TLE. Penderita TLE biasanya mengalami perubahan sifat, terutama keinginan kuat untuk menulis atau melukis dan perasaan relijius yang sangat kuat.
Menurut LaPlante, Muhammad juga menderita TLE. Contoh2 orang yang lebih modern adalah Joseph Smith, pendiri kepercayaan Mormon, dan Ellen White, pendiri gerakan Advent Hari Ke Tujuh, yang di usia 9 tahun mengalami luka otak yang merubah wataknya sepenuhnya. Dia juga mulai mengalami penglihatan2 rohani yang sangat kuat.
Helen Schucman adalah ahli jiwa Yahudi yang atheis. Suatu saat dia mengaku menerima pesan dari Yesus Kristus dalam bentuk "bacaan" yang disebutnya sebagai Ajaran Muzizat. Ada kemungkinan besar dia menderita TLE. Dilaporkan bahwa Schucman mengalami tekanan jiwa paranoia berat di dua tahun akhir hidupnya.
Syed Ali Muhammad Bab yang adalah pendiri agama Babi juga kemungkinan menderita epilepsi. Kitab Bayan yang ditulisnya dalam bahasa Persia (yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan bisa dibeli di internet) merupakan contoh klasik karya tulis penderita epilepsi.