Osherow menulis: “Jones menanamkan kecurigaan atas semua hal yang bertentangan dengan pesannya, dan menyebut mereka hasil karya musuh. Dengan menghancurkan kesahihan sumber berita, dia memberi penawar pada anggotanya agar tidak terpengaruh oleh kritik2 dari luar.”
Hal ini sama dengan yang terjadi pada Muslim, yang menuduh para pengritik Islam sebagai Zionis dan/atau orang2 yang dibayar oleh “musuh2 Islam.” Siapapun yang berani mengritik Islam akan didatangi Muslim secara pribadi. Bukannya membantah pendapat pengritik Islam, Muslim menyerang secara ad homimem. Mereka menghina kritikannya dan mencoba merendahkannya, tapi tidak mampu menjelaskan argumentasi yang membantah kebenaran kritik itu.
“Di Jonestown,” kritik Osherow, “semua pikiran2 yang bertentangan yang mungkin menimbulkan perlawanan dari pihak anggota dikecam. Para anggota tidak melihat kritik sebagai kenyataan, tapi menganggapnya sebagai tanda mereka kurang beriman dan kurang mengerti.” Ini juga sama dengan yang terjadi pada Muslim. Mereka menyadari hidup mereka bagaikan di neraka dan negara2 mereka tidak karuan, tapi mereka memilih menyalahkan diri sendiri karena kurang bisa menerapkan “Islam yang sejati” sehingga akibatnya hidup mereka penuh derita. Padahal kenyataannya justru Islamlah sumber derita mereka.
Hal ini sama dengan yang terjadi pada Muslim, yang menuduh para pengritik Islam sebagai Zionis dan/atau orang2 yang dibayar oleh “musuh2 Islam.” Siapapun yang berani mengritik Islam akan didatangi Muslim secara pribadi. Bukannya membantah pendapat pengritik Islam, Muslim menyerang secara ad homimem. Mereka menghina kritikannya dan mencoba merendahkannya, tapi tidak mampu menjelaskan argumentasi yang membantah kebenaran kritik itu.
“Di Jonestown,” kritik Osherow, “semua pikiran2 yang bertentangan yang mungkin menimbulkan perlawanan dari pihak anggota dikecam. Para anggota tidak melihat kritik sebagai kenyataan, tapi menganggapnya sebagai tanda mereka kurang beriman dan kurang mengerti.” Ini juga sama dengan yang terjadi pada Muslim. Mereka menyadari hidup mereka bagaikan di neraka dan negara2 mereka tidak karuan, tapi mereka memilih menyalahkan diri sendiri karena kurang bisa menerapkan “Islam yang sejati” sehingga akibatnya hidup mereka penuh derita. Padahal kenyataannya justru Islamlah sumber derita mereka.