Apakah Makna Catatan Sejarah?

Pertama-tama, aku akan menerangkan makna “Apakah Catatan Sejarah?” itu. Sejarah itu berdasarkan narasi tercatat, di mana keterangan ditulis oleh para ahli sejarah dalam buku² mereka di jaman mereka masih hidup.

Contoh narasi tercatat adalah tulisan² sejarawan Yunani, Herodotus, yang lahir di Asia Minor dan hidup di abad ke 5 SM. Cicero berpendapat bahwa Herodotus adalah Bapak Sejarah. Herodotus menulis sejarah dunia, terutama tentang Perang² Persia. Bukunya yang berjudul Histroies (Sejarah) mencakup masa dari pertengahan abad 6 SM sampai awal abad 5 SM. Sejarawan² kuno seperti Herodotus tidak hanya bisa jadi sumber meyakinkan saja, tapi keterangannya sangatlah penting bagi kita untuk memahami kejadian di masa lampau. Sejarawan² Yunani dan Romawi lain setelah Herodotus juga menulis catatan sejarah penting yang bisa dianggap sebagai sumber yang terpercaya akan sejarah dunia.

Sumber lain tentang sejarah dunia juga terdapat dalam catatan² sejarah riwayat raja² dan negara². Riwayat² penguasa Assyria, Kaldea, dan Persia juga sangat berguna. Tawarikh yang paling kuno berasal dari Assyria dan ditulis di abad ke 7 dan 8 SM. Kami pun memiliki sumber² sejarah lainnya, seperti catatan tahunan yang dipahat di batu² dan penemuan² arkeologi lainnya.


Alkitab sebagai Sumber Sejarah Kuno yang Terpercaya

Meskipun kami memiliki berbagai sumber sejarah kuno yang terpercaya, sumber utama yang paling penting adalah Alkitab. Buku ini ditulis oleh berbagai nabi yang hidup di berbagai jaman yang berbeda. Mereka menulis keterangan secara akurat. Kebanyakan penulis Perjanjian Lama hidup dan menulis lama sebelum ada sejarawan dunia yang melakukannya.

Penulis Alkitab pertama adalah Musa yang hidup di abad 15 SM. Musa menulis riwayat² berbagai negara yang terbentuk melalui keturunan putra² Nuh setelah terjadi bencana air bah. Tulisan Musa tercantum dalam kitab Kejadian, buku pertama Alkitab. Meskipun dahulu para ahli sejarah meragunkan kebenaran tulisan sejarah Alkitab, tapi sekarang ditemukan berbagai bukti arkeologi yang membenarkan ketepatan catatan sejarah Alkitab. Meskipun Alkitab mencakup periode di mana tiada sejarawan dunia, bukti² arkeologi yang didapat dari berbagai penggalian di seluruh Timur Tengah telah menambah pengetahuan kita akan masa tersebut. Karena penemuan arkeologi ini tak pernah bertentangan dengan narasi Alkitab, maka Alkitab adalah sumber keterangan terpercaya, terutama tentang sejarah kuno.


Keterangan Sejarah dan Kronologi yang Salah dalam Qur’an

Di lain pihak, Islam tidak memiki keterangan dokumen apapun untuk mendukung isinya. Muhammad menulis di abad ke 7 M, lama sekali setelah berbagai catatan sejarah ditulis. Dia tidak pernah mengungkapkan kronologi sejarah seperti yang kita temukan dalam Alkitab karena dia tidak memiliki satu pun. Yang dia miliki hanyalah berbagai kisah yang dia campur dengan tokoh² yang dipinjamnya dari Alkitab. Di kasus lain, Muhammad menyelipkan kisah tokoh² ini di waktu sejarah yang salah, kadang² perbedaannya seratus tahun, kadangkala ribuan tahun.


Qur’an Mengisahkan Haman dan Menara Mesopotamia di Mesir di Jaman Musa

Contohnya nih, Muhammad mengatakan bahwa Haman, perdana menteri Raja Persia Ahasuerus, dan menara Mesopotamia di Mesir, di jaman yang sama dengan jaman Musa. Ahasuerus itu dikenal oleh berbagai ahli sejarah sebagai Xerxes, yang jadi Raja di tahun 486 SM, dan bukan di jaman Musa yang hidup di abad 15 SM. Muhammad mengatakan Firaun meminta Haman membakar batu bata dan membangun menara sehingga dia bisa naik surga dan melihat tuhannya Musa. Ini keterangan Muhamad di Qur’an, Sura al-Qasas (28), ayat 38:

Dan berkata Firaun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta".

Muhammad mencontek kisah ini dari Kejadian 11:3,4. Setelah bencana air bah:

Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.
Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."

Kita tahu bahwa para Firaun tidak pernah membangun menara apapun yang serupa dengan menara Mesopotamia. Masyarakat Mesir kuno tidak pernah membakar batu batu sampai di jaman Romawi menjajah Mesir. Sebelum jaman Romawi, orang² Mesir menggunakan batu untuk membangun piramida dan bangunan² ibadahnya. Untuk membangun rumah, mereka menggunakan batu bata yang dibuat dikeringkan oleh sinar matahari.


Muhammad Menyebut “Orang² Samiri” di jaman Musa, Meskipun Orang² Samiri (Samaria) Baru Muncul di Abad 6 SM

Contoh lain kesalahan judul terdapat di cerita Muhammad tentang anak sapi emas. Di kitab Keluaran tertulis bahwa Harun membuat patung ini di gurun. Kejadian ini berlangsung saat Musa naik ke gunung untuk menerima Sepuluh Perintah Tuhan. Karena tekanan bani Israel yang tidak sabar lagi setelah menunggu Musa selama 40 hari, Harun tunduk pada permintaan bani Israel dan membuat patung anak lembu emas untuk disembah mereka. Muhammad melaporkan kejadian ini di Qur’an, Sura Ta Ha (20), ayat 85-97 sebagai berikut:

85. Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.
86. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"
87. Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya",
88. kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lubang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".
89. Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
90. Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku".
91. Mereka menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami.
92. Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat,
93. (sehingga kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" 94. Harun menjawab: "Hai putra ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): "Kamu telah memecah antara Bani Israel dan kamu tidak memelihara amanahku".
95. Berkata Musa: "Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?"
96. Samiri menjawab: "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah nafsuku membujukku".
97. Berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)". Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).

Ketika Muhammad menyebut nama “orang² Samir”, dia berpikir tentang Simon, tukang tenung Samiri (Samaria) yang disebut di kitab Kisah Para Rasul (KPR). Simon meniup orang² di kota Samaria dengan sihirnya dan dicela oleh Rasul Petrus. Persamaan akan celaan Musa pada orang² Samiri di Qur’an dan celaan Petrus pada orang² Samiri di KPR menunjukkan bahwa Muhammad menempatkan orang² Samaria (di KPR) di jaman Musa, padahal dua kejadian ini terpisah sebanyak 1500 tahun.

Kota Samiri dibangun oleh Omri, Raja Israel, di sekitar tahun 880 SM, tapi nama “orang² Samaria” baru tercatat di uang logam setelah abad ke SM, saat masyarakat Assyria dibawa ke Samaria setelah Sargon II menguasai kota itu di tahun 721 SM. Muhammad tidak tahu sejarah masyarakat Samaria, sehingga dia melakukan kesalahan sejarah yang fatal.


Muhammad di Qur’an Tak Bisa Membedakan antara Maria Ibu Yesus dengan Miriam Saudara Harun dan Musa

Contoh lain kebingungan Muhammad akan fakta sejarah kronologi Alkitab tentang Maria. Tampaknya dia dikelabui oleh orang² Mandaea sehingga dia menganggap Maria ibu Yesus adalah sama dengan Miriam saudara perempuan Harun dan Musa yang disebut di Alkitab. Maria ibu Yesus dalam bahasa Arab disebut dengan nama Miriam, dan ini menjadi sama dengan nama Miriam saudara perempuan Harun dan Musa (kitab Bilangan 26:59). Di Qur’an, Sura Maryam (19), ayat 28, tercantum:

Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",

Melalui Qur’an-nya, Muhammad ingin menyatakan bahwa Maria ibu Yesus adalah tokoh yang sama dengan Miriam saudara perempuan Harun dan Musa. Hal ini diulang kembali di Sura lain di mana Muhammad beranggapan bahwa Yokhebed, istri Amram (ayah Harun dan Musa), mengamanatkan Maria ibu Yesus ketika baru lahir. Beginilah isi Qur’an, Sura al-Imran (3), ayat 35, 36:

(Ingatlah), ketika istri Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitulmakdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Maka tatkala istri Imran melahirkan anaknya, dia pun berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada setan yang terkutuk."

Muhammad menyatakan ayat Qur'an di atas, padahal Miriam saudara Harun dan putri Amram lahir di akhir abad ke 16 SM, sedangkan Maria ibu Yesus lahir sekitar tahun 26-20 SM.

Kebingungan Muhammad akan sejarah adalah karena keterangan dari yang ngawur dari orang² Mandaea, yang datang pertama kali di Mesopotamia pada abad 2 SM. Orang² Mandaea dikenal di Arab sebagai orang² Sabi. Muhammad mengenal ajaran² mereka, dan kadangkala dia pun disebut sebagai orang Sabi oleh masyarakatnya karena dia mempraktekkan tatacara ibadah Sabi, seperti sholat lima waktu, wudhu sebelum sholat seperti yang dilakukan Mandaea Sabi, melakukan gerakan sholat yang sama seperti orang Sabi. Orang² Mandaea mengira bahwa Maria ibu Yesus adalah saudara Musa dan Harun. Di buku mereka yang berjudul Haran Gawaita, yang ditulis di abad 3 SM, kita baca di buku itu bahwa Yesus:

ditempatkan di dalam rahim Maria, putri Musa. Dia disembunyikan dalam kandungannya selama sembilan bulan. Ketika sembilan bulan telah berlalu, Maria bersalin dan melahirkan sang Messiah. [1]
[1] Haran Gawaita , Citta del Vaticano, Biblioteca Apostolica, hal. 3

Muhammad disebut sebagai orang Sabi oleh orang² Mekah. Contohnya, setelah dia kembali dari salah satu dakwahnya, dia merasa haus. Teman²nya bertanya pada seorang wanita yang membawa kantung air untuk memberi air pada Muhammad. Wanita itu bertanya, “Di mana?” Mereka menjawab, “Pada Nabi Allah.” Wanita itu lalu menjawab, “Pada orang yang disebut orang Sabi itu?” Mereka menjawab, “Tepat, kepada orang yang kau sebut orang Sabi itu.” Wanita itu kembali ke Mekah dan berkata, “Dua pria yang bertemu denganku membawaku menemui orang Sabi.” [2] Kita lihat bahwa Muhammad dikenal masyarakat Mekah sebagai orang Sabi, dan mereka menyebut pengikut Muhammad sebagai Sabi Muhammad pula. [3] Hal ini menunjukkan pada kita bahwa orang² Arab di jaman Muhammad mengetahui dengan baik orang² Sabi, dan juga tata cara ibadah dan ajaran agamanya. Mereka tahu dekatnya hubungan Muhammad dengan sekte Sabi di Mekah, sehingga Muhammad ketika Muhammad menyatakan agama barunya, masyarakat Mekah mengira agama itu muncul dari kaum Sabi yang hidup diantara mereka.
[2] Al-Bukhari, (Dar al-Kutub al-Ilmiyeh, Beirut-Libenon), 1:89
[3] Ibn al-Athir, al-Kamel Fi al-Tarikh, 2: hal. 86; Tarikh al-Tabari 1, hal. 126 ; Al-Asbahani, Al Aghani 17, hal. 15-17

Ketika Hasin, ayah dari seorang Muslim bernama Umran, jadi Muslim, suku Quraish menyebutnya sebagai “Saba,” [4] yang berarti dia beralih agama dan memeluk agama Sabi. Ketika Hamzah, paman Muhammad, masuk mesjid untuk mendukung Muhammad, orang² Mekah berkata padanya, “Kami lihat kau sudah menjadi orang Sabi.” [5] Abu Lahab, paman Muhammad yang menentangnya, menyebut Hamzah sebagai “Orang Sabi yang bod0h.” [6] Semua fakta sejarah ini menunjukkan bahwa suku Quraish menggolongkan Muslim sebagai umat sekte Sabi.
[4] Halabieh, (Dar al-Maarifah, Beirut-Lebanon), 1, hal. 456
[5] Halabieh 1, hal. 477
[6] Halabieh 1, hal. 508

Tidak hanya masyarakat Quraysh saja yang menyatakan begitu, tapi suku² Arab lainnya juga. Pria bernama Labid pergi mengunjungi Muhammad dan dia menjadi Muslim. Dia kembali ke sukunya yakni Bani Amir, dan melakukan wudhu. Wudhu merupakan tatacara ibadah umat Sabi. Dia pun mengucapkan slogan² Sabi seperti “Allahu Akbar.” Labid mulai nungging dan bersujud seperti orang Sabi, sholat seperti cara Sabi, dan mengucapkan Fatihah seperti Sabi. Semua aturan sholat yang dikenal orang² Arab sebagai tatacara ibadah Sabi masuk ke dalam Islam. Sirafa bin Auf bin al-Ahwas, penyair suku Bani Amir, melihat Labib bersholat gaya Sabi dan mengejeknya melalui puisinya dengan mengatakan Labid sebagai “orang yang datang pada mereka dengan agama Sabi.” [7]
[7] Ibn al-Athir, al-Kamel Fi al-Tarikh, 2, hal. 86

sumber:http://indonesia.faithfreedom.org/forum/islam-ditinjau-dari-pengamatan-sejarah-t42161/
ditulis oleh adadeh
Sumber buku: Islam-Ditinjau dari Pengamatan Sejarah
Oleh Dr. Rafat Amari