Orang narsisis tahu bahwa mengiklankan dirinya secara langsung akan terlihat sebagai hal yang menjijikan dan akan ditolak. Makanya, dia menyajikan diri sebagai orang sederhana, sebagai orang yang tidak mau menonjolkan diri, orang yang melayani Tuhan, kemanusiaan dsb. Dibelakang semua kedok ini tersimpan sebuah tipu daya yang jelas. Orang narsisis ‘memberkati’ para pengikutnya dgn sebuah ALASAN/PESAN, yang begitu besarnya, begitu agung hingga tanpa itu mereka tidak berarti apa-apa. Melalui muslihat dan manipulasi, pesan ini menjadi lebih penting daripada nyawa orang2 yang percaya. Begitu mereka kena cuci otak, mereka rela mati dan tentu saja, rela membunuh utk itu. Orang narsisis mendorong pengorbanan – semakin banyak, semakin baik. Lalu dia munculkan dirinya sebagai poros dari pesan itu. Pesan2 ini berputar2 disekeliling dia. Hanya dialah yang bisa memungkinkan segala2nya dan yang akan memimpin para pengikutnya ke Tanah Perjanjian. Pesan kolosal ini tidak dapat hidup tanpa si narsisis. Dia, dg demikian menjadi orang yang paling penting sedunia.

Begitulah cara seorang pemimpin cult (aliran kepercayaan sesat) yang narsisis memanipulasi para pengikutnya. Pesan itu hanya sebuah alat utk tujuan akhir mereka. Bisa apa saja. Bagi Jim Jones, orang yang mengajak 911 orang melakukan bunuh diri masal di Guyana, ‘keadilan sosial’ adalah pesannya, dan dia adalah sang messiah pesan itu.

Hitler memilih sosialisme-nasional sebagai pesannya. Dia tidak secara terbuka memuji-muji diri sendiri, tapi malah memakai pesan Arianisme dan superioritas bangsa Jerman. Dia, tentu saja, adalah seorang pengilham yang tidak tergantikan dan fuehrer bagi pesan itu.
Bagi Stalin pesannya adalah komunisme. Siapapun yang tidak setuju dengannya sama dengan menentang proletariatisme dan harus dibunuh. Muhammad tidak meminta para pengikutnya utk memuja dia. Malah dia mengklaim sbg ‘hanya utusan saja.” Sebagai gantinya dia menuntut kepatuhan & dengan tangkasnya meminta para pengikutnya utk taat pada “Allah dan UtusanNya.” Dalam sebuah ayat Quran, dia taruh perkataan berikut dalam mulut Allahnya:
“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: "Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman" (Q 8.1)

Karena Allah tidak perlu barang2 curian dari sekelompok orang Arab, semua harta rampasan perang itu secara otomatis harus masuk kepada wakilnya, sang utusan. Karena tidak ada seorangpun yang bisa melihat atau mendengar Allah, semua kepatuhan adalah kepada Muhammad. Dialah yang harus ditakuti karena hanya dia satu-satunya perantara dari Tuhan yang paling ditakuti ini yang berkali2 diperingatkannya pada orang2nya. Allah sangat perlu bagi Muhammad utk mendominasi. Tanpa percaya pada Allah, maukah para pengikutnya yg dungu mengorbankan nyawa mereka, membunuh orang, termasuk keluarga mereka sendiri, menjarah orang, dan memberikan semuanya pada dia? Allah khayalannya ini adalah alat dominasi bagi Muhammad. Allah adalah pribadi lain dari Muhammad sendiri, sebuah alat yang nyaman.

Ironisnya, Muhammad berkhotbah tentang larangan mempersekutukan Allah, padahal kenyataannya, dia bersekutu dengan Allah dalam cara yang membuat mereka secara logika dan praktek tidak bisa dipisahkan.
Orang narsisis perlu sebuah alasan utk mengekang pengikut2 mereka. Orang Jerman tidak berperang bagi Hitler. Mereka melakukannya karena alasan yang dijejali Hitler pada mereka.

Dr. Sam Vaknin menulis: “Orang narsisis memakai apa saja yang bisa mereka ambil dalam usaha mendapatkan suplai narsisistik mereka. Jika Tuhan, kepercayaan, gereja, iman, dan agama yang resmi dapat memberi mereka suplai narsisis ini, mereka akan menjadi taat. Mereka akan meninggalkan agama jika hal itu tidak memberi mereka suplai ini.” [9]
[9] healthyplace.com/Communities/Personality_Disorders/Site/Transcripts/narcissism.htm

Islam adalah sebuah alat utk mendominasi. Setelah Muhammad, orang2 lain memakai cult (aliran kepercayaan sesat)-nya utk tujuan yang persis sama. Para muslim menjadi boneka ditangan para pemimpin mereka yang menyebut2 nama islam.

Mirza Malkam Khan, (1831-1908) pria Armenia yang masuk islam dan bersama dengan Jamaleddin Afghani meluncurkan ide sebuah “Islamic Renaissance” (An-Nahda/Kebangunan kembali islam), punya sebuah slogan sinis yang tak ada tandingannya: “Katakan pada para muslim apa saja yang berasal dari Quran, dan mereka akan bersedia mati bagimu.”