Sama seperti nabinya, para Muslim juga dilatih untuk bersikap penuh curiga. Mereka diajarkan untuk menganggap non-Muslim sebagai musuh yang ingin menghancurkan mereka. Aku ingat dulu aku memandang curiga pada kawanku yang ingin tahu dan membaca buku Ayat2 Setan karangan Salman Rushdie. Padahal saat itu aku tidak tahu apapun tentang isi buku itu. Ternyata buku Salman Rushdi hanyalah novel biasa saja. Qur’an jauh lebih menjelek-jelekkan Islam daripada semua buku yang pernah ditulis. Meskipun begitu, sebagai Muslim kau tidak boleh membaca apapun yang mengritik Islam. Hal ini bukan karena kau takut ketahuan, tapi kau takut akan Allâh dan hukumannya yang sadis. Membaca buku2 anti Islam bisa menggoyahkan iman kesetiaanmu pada Islam.

Bandingkan hal ini dengan Kenisah Rakyat. “Dalam Kenisah Rakyat, dan terutama di Jonestown,” tulis Osherow, “Jim Jones mengontrol informasi yang bisa didengar anggotanya. Dia secara efektif mencegah segala perlawanan yang bisa muncul dalam gerejanya dan menanamkan kecurigaan dalam diri setiap anggota terhadap segala pesan yang berlawanan dari luar gerejanya. Lagi pula, kebenaran informasi apakah yang bisa disampaikan oleh “musuh2” yang berusaha menghancurkan Kenisah Rakyat dengan kebohongan2? Karena tidak punya pilihan lain dan tidak menerima informasi luar, maka kemampuan anggota untuk menelaah dan menolak sudah jauh berkurang. Lebih2 lagi, bagi kebanyakan pengikutnya, ketertarikan untuk menjadi bagian Kenisah Rakyat berasal dari kemauan mereka untuk menyerahkan tanggung jawab dan kontrol atas hidup mereka sendiri. Orang2 ini kebanyakan adalah kaum miskin, minoritas, lanjut usia, dan tidak berhasil dalam hidup. Mereka dengan senang hati menukar kekuasaan (tanggung jawab) atas diri mereka sendiri guna mendapat keamanan, persaudaraan, muzizat2 palsu, dan janji2 keselamatan yang semu. Stanley Cath adalah psykhiatris yang mempelajari teknik2 pertobatan menarik jemaat baru yang digunakan pemimpin2 aliran sesat. Dia menjelaskan: “Jemaat2 baru harus hanya percaya apa yang disampaikan pada mereka. Mereka tidak perlu berpikir, dan hal ini melepaskan diri mereka dari tekanan2 berat.” (Newsweek, 1978a)

Hal yang sama terjadi pada kaum Muslim, terutama yang hidup di negara2 Islam di mana semua informasi yang bertentangan dengan ajaran Islam yang sah akan disensor dan umat Islam hanya boleh percaya pada satu pengertian Islam yang diakui Pemerintah Islam. Malah sebenarnya kaum Muslim berusaha keras untuk menyensor segala pesan anti-Islam bahkan di negara2 non-Muslim sekalipun. Jika terbit sebuah buku atau artikel yang tidak mereka sukai, maka mereka akan protes dan mencoba untuk memaksa pihak “pelanggar” untuk menarik penerbitan buku atau artikel itu dan meminta maaf pada mereka. Bisa dibayangkan pula kontrol sensor yang diterapkan Muhammad bagi pengikutnya di Medina. Dalam banyak kejadian, Omar akan mencabut pedangnya dan menunggu aba2 dari Muhammad untuk memenggal orang yang tampaknya berani melawan otoritas sang Nabi.

Sama seperti Mekah takluk di bawah Islam, juga Persia, Syria, Mesir dan lima puluh negara2 lain di bawah dominasi Islam; maka seluruh dunia non-Islam lainnya juga tidak akan luput dari serangan Islam. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, filosof China bernama Sun Zi (Tzu) berkata: “Kenalilah musuhmu, dirimu sendiri, dan kemenanganmu tidak akan terancam.” Kalimat ini benar artinya di masa sekarang, sama seperti di masa lalu. Pertanyaannya sekarang adalah, “Apakah kau mengenal musuhmu, dan apakah kau benar2 berusaha mengenal dirimu sendiri?” Sayangnya, jawaban kedua pertanyaan itu adalah tidak. Bukan saja kebanyakan non-Muslim (terutama Barat) tidak tahu apa2 tentang Islam, tapi banyak dari mereka yang benci budaya Kristen-Heleno mereka sendiri, dan berpihak pada siapa saja yang juga membenci hal yang sama.

Ibn Ishaq menyampaikan sebuah kisah yang menjelaskan sifat Islam yang sebenarnya. Kisah ini tentang pengamatan Orwa terhadap pengikut2 Muhammad. Dia mewakili masyarakat Quraish Mekah dan datang bertemu Muhammad di perkemahannya di Hudaibiyah, di daerah luar Mekah. Muhammad datang bersama 1.500 Muslim bersenjata untuk melakukan ibadah haji di Mekah tahun itu, dan bagi orang Mekah hal ini merupakan unjuk senjata yang menantang mereka.

Dalam pertemuan itu, Muhammad tampak tenang dan Abu Bakr bicara mewakili dirinya. Orwa yang tidak mempedulikan Abu Bakr, bersikap terus terang sesuai dengan adat Arab Bedouin, dan mengulurkan tangannya untuk menjamah jenggot Muhammad. Ini adalah tanda persahabatan dan kekeluargaan dan bukan tindakan menghina. “Minggir!” bentak seseorang sambil memukul tangan Orwa. “Singkirkan tanganmu dari Rasul Allâh!” Orwa tercengang oleh bentakan anak muda itu dan bertanya, “Siapakah kamu?” “Aku adalah keponakanmu, Moghira,” jawab anak muda itu. “Sungguh tak tahu budi!” tukas Orwa (yang dulu membayar uang darah atas beberapa pembunuhan yang dilakukan keponakannya tersebut), “padahal kemaren baru saja aku menebus nyawamu.”

Orwa kaget atas kesetiaan dan pengabdian pengikut2 Muhammad. Sekembalinya ke Mekah, dia melaporkan bahwa dia banyak melihat raja2 seperti Khosrow, Caysar, dan Najashi, tapi dia belum pernah melihat perhatian dan rasa hormat yang begitu besar yang diterima Muhammad dari pengikutnya. “Mereka cepat2 mengamankan air yang digunakannya untuk wudhu, menyimpan ludahnya, atau rambut yang jatuh dari kepalanya.” [313]
[313] Sirat Ibn Ishaq, p.823

Dari kisah ini sudah jelas bahwa Muhammad menjadikan dirinya pusat penyembahan bagi aliran ciptaannya. Dialah tuhan yang dikhotbahkannya sendiri. Ketaatan padanya sama dengan ketaatan pada Allâh dan menentangnya berarti menentang Allâh. Inilah yang memang diangan-angankan para narsisis dan psikopath – jadi reinkarnasi Tuhan. Muhammad menipu semua orang sampai dia mencapai takhta Allâh dan de facto menjadi Tuhan itu sendiri.

Jeanne Mills menulis: “Aku heran karena tidak banyak perbedaan pendapat diantara anggota2 gereja ini. Sebelum kami bergabung dalam gereja ini, Al dan aku bahkan tidak bisa setuju untuk memberi suara pada pemilu presiden. Tapi sekarang setelah kami bergabung dalam gereja Jim, dalam keluarga tidak lagi terdapat perdebatan2. Tiada lagi pertanyaan siapa yang benar, karena Jim-lah yang selalu benar. Ketika keluarga kami berkumpul untuk membicarakan masalah keluarga, kami tidak menanyakan pendapat masing2 anggota keluarga. Tapi kami ajukan pertanyaan seperti ini pada anak2, “Apakah yang akan Jim lakukan?” Hal ini menyingkirkan masalah dalam kehidupan. Kami percaya adanya “rencana illahi” yang mengatakan Alasan Utama adalah selalu benar dan akan berhasil. Jim selalu benar dan barangsiapa yang setuju padanya akan benar pula. Jika kau tidak setuju dengna Jim, maka kau tentu salah. Begitu saja masalahnya.” [314]
[314] Mills, J. Six years with God. New York: A & W Publishers, 1979

Muslim percaya dua hal: (1) Qur’an dan (2) Sunnah. Qur’an adalah perkataan Muhammad (yang diakui Muslim sebagai perkataan Allâh) [315] dan Sunnah adalah kisah yang disampaikan orang2 tentang apa yang dikatakan dan diperbuat Muhammad. Rincian keterangan Sunnah ditulis dalam berjilid-jilid buku ahadis (kumpulan hadis). Ilmuwan hukum Islam belajar bertahun-tahun untuk memahami semua ketarangan detail dalam ahadis dan Muslim tidak berani bertindak apa2 sebelum bertanya dulu pada para ilmuwan Islam dan belajar tentang aturan Islam yang benar dari mereka. Sunnah adalah “tata cara hidup” Islam yang dicontohkan Muhammad ketika dia masih hidup. Terdapat banyak keterangan lengkap yang ditulis oleh sahabat2 dan istri2 Muhammad. Semuanya dijabarkan secara rinci. Semua tindakannya dicatat. Yang perlu dilakukan semua Muslim adalah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari tata cara hidup Islam yang “penting” ini, yang sesuai dengan contoh2 yang dilakukan nabinya. Dengan mengikuti contoh ini secara persis mereka yakin telah memenuhi kewajiban sebagai Muslim sejati dan nantinya akan diberi upah atas ibadah “baik” mereka.
[315] Ada orang2 yang yakin bahwa Qur’an adalah hasil karya tulis beberapa orang. Contoh ilmuwan seperti itu adalah Denis Giron http://www.infidels.org/library/modern/ ... tiple.html

Hal yang baik dan buruk dalam Islam tidak ditentukan dengan apa yang orang awam anggap sebagai hal yang baik dan buruk, tapi ditentukan dari apa yang dilarang dan dianjurkan oleh Muhammad.

Bagaimana Muhammad dapat mengembangkan kemampuan hebat untuk menipu orang banyak, yang pengaruh tipuannya sukar dilenyapkan? Muhammad adalah orang narsisis dan apapun yang dikerjakannya adalah bagian dari sifat kelainan jiwa narsistik. Semuanya itu ke luar dari dirinya secara alami, dan kemampuan seperti ini juga dimiliki narsis sukses lainnya seperti Hitler, Stalin, Jim Jones dan Saddam.

Osherow menulis tentang hal ini ketika dia menjelaskan tentang Jim Jones: “Meskipun sudah jelas dia tidak punya pengetahuan ilmiah akan ilmu psikologis sosial, Jim Jones menggunakan teknik2 ampuh dan efektif untuk mengontrol kelakuan orang2 yang mengubah perilaku mereka. Beberapa pengamatan membandingkan teknik2nya dengan teknik2 yang digunakan untuk “cuci otak,” karena keduanya juga menggunakan komunikasi kontrol, pemanfaatan rasa bersalah, dan kekuasaan atas jati diri seseorang [316] dan juga isolasi, perintah2 yang harus ditaati, tekanan fisik, dan penggunaan pengakuan2. [317] Tapi menggunakan istilah cuci otak membuat proses kejiwaan ini jadi terdengar janggal dan tidak wajar. Ada hal2 yang aneh dan mengerikan dalam sifat paranoia Jones, angan2 tentang dirinya yang maha hebat, sadisme, dan obsesinya terhadap keinginan bunuh diri. Apapun tujuannya, dengan menyusun rencana dan angan2 khayalannya, dia mampu memanfaatkan cara2 psikologi sosial yang ampuh untuk mewujudkan keinginannya. Keputusan yang membuat suatu kelompok masyarakat menghancurkan diri sendiri adalah perbuatan tidak waras. Tapi pelaku perbuatan ini adalah orang2 “normal” yang dikondisikan dalam keadaan yang begitu menekan, sehingga mereka jadi koban tekanan dari dalam dan juga dari luar kelompok.”
[316] Lifton, R. J. Appeal of the death trip (Tuntutan Perjalanan Kematian) New York Times Magazine, January 7, 1979.
[317] Cahill, T. In the valley of the shadow of death (Di Lembah Maut). Rolling Stone. January 25, 1979.


Pernyataan ini menjelaskan bagaimana sejumlah besar orang2 normal dapat mengikuti ajaran orang sakit jiwa. Hal ini pun terjadi di Jerman. Hitler adalah orang sakit jiwa, tapi jutaan orang Jerman percaya bahwa dia waras. Bagaimana mungkin jutaan orang yang cerdas dan berpendidikan dapat dibodohi dan jadi korban tipuan orang sakit jiwa? Kita bisa lihat hal ini terjadi berkali-kali dalam sejarah. Para diktator biasanya adalah psikopath, tapi mereka ternyata mampu mengontrol jutaan orang dan membodohi orang2 yang sangat normal dan waras.

Cengkraman kejiwaan dari para psikopath ini terhadap korban2 mereka sungguh mencengangkan. Tidak minggu setelah kejadian bunuh diri massal di Jonestown, Michael Prokes, yang selamat dari kejadian naas itu karena ditugaskan membawa ke luar kotak uang Kenisah Rakyat, mengadakan jumpa pers di sebuah motel di California. Setelah Michael menjelaskan bahwa orang2 telah salah paham dalam menilai Jones dan menuntut disiarkannya rekaman suara menit2 akhir bunuh diri massal (yang telah dijelaskan di bab awal), dia berjalan ke dalam kamar kecil dan menembak kepalanya sendiri. Dia meninggalkan pesan tertulis yang mengatakan bahwa jika tindakan bunuh dirinya membuat orang ingin menulis sebuah buku tentang Jonestown, maka kematiannya telah jadi hal yang berguna. (Newsweek, 1979) Bukankah hal ini menerangkan psikopathologi (= asal usul, perkembangan, dan tujuan tindakan orang yang mengalami gangguan jiwa) para pembom bunuh diri?

Jeanne dan Al Mills adalah orang2 yang bersuara paling keras dalam mengritik Kenisah Rakyat setelah mereka meninggalkan perkumpulan itu. Karena inilah mereka jadi target utama pengikut2 Jones. Bahkan setelah kejadian bunuh diri di Jonestown, keluarga Mills tetap mengutarakan rasa takut jika mereka akan dibunuh pengikut Jones. Lebih dari setahun setelah kejadian bunuh diri Kenisah Rakyat, suami istri Mills dan anak2 mereka dibunuh di rumah mereka di Berkeley. Putra remaja mereka yang juga bekas anggota Kenisah Rakyat, mengaku berada di ruangan lain di rumah besar itu tatkala pembunuhan terjadi. Tapi tiada seorang pun jadi tertuduh pembunuhan. Ada tanda2 bahwa Mills mengenal pembunuh mereka. Tiada bukti adanya pemaksaan masuk rumah, dan mereka ditembak dari jarak dekat. Jeanne Mills telah mengatakan, “Hal ini akan terjadi; jika tidak hari ini, maka esok hari.” Di rekaman akhir pita suara Jonestown, Jim Jones menyalahkan Jeanne Mills dan berjanji bahwa pengikutnya di San Francisco “tidak akan membiarkan kematiannya secara sia2.” (Newsweek, 1980)

Muslim menganggap sudah jadi kewajiban mereka untuk membunuh siapa saja yang meninggalkan Islam. Kebencian mereka terhadap murtadin begitu kuat. Tiada yang lebih dibenci Muslim daripada murtadin. Muslim tidak akan membiarkan mereka sampai mereka menemukan dan membunuh murtadin. Mereka yang berani menolak Islam terancam bahaya. Muhammad sendiri telah menyatakan:

jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya (Q. 4:89).