Heidi Hansen dan Leif Bork Hansen yang mengaku bahwa Søren Kierkegaard telah menulis dalam jurnalnya bahwa dia menderita TLE dan merahasiakan itu sepanjang hidupnya, mengutip: “Dari semua penderitaan yang ada mungkin tidak ada yang begitu menderita daripada menjadi objek rasa kasihan, tidak ada hal lain lagi yang bisa membujuk orang agar berontak terhadap Tuhannya. Orang demikian dianggap bodoh dan picik, tapi tidak sulit utk menunjukkan bahwa inilah sebenarnya rahasia yang disembunyikan dalam banyak kehidupan figur2 sejarah yang terkenal.” [1]
[1] www.utas.edu.au/docs/humsoc/kierkegaard ... ilepsy.pdf

Filsuf Denmark benar sekali. Bukannya bodoh, tapi penderita TLE biasanya malah orang2 jenius.

TLE bisa didefinisikan sebagai penyakit kreatifitas. Banyak orang berbakat dan terkenal dalam sejarah menderita TLE dan tanpa dapat dibantah mereka jadi begitu karena penyakit ini. Antara lima sampai sepuluh orang tiap 1.000 orang penderita TLE. Memang tidak semuanya tentu saja yang menjadi terkenal.

Steven C. Schachter, M.D. telah menyusus sebuah daftar orang terkenal dalam sejarah yang mungkin menderita TLE. Daftar ini terdiri dari para filsuf, penulis, pemimpin dunia, figur religius, pelukis, penyair, komposer, aktor dan selebriti lainnya.

“Orang jadul (jaman dulu)” tulis Schachter, “punya pikiran bahwa serangan epilepsi disebabkan oleh roh jahat atau iblis yang menyerang tubuh seseorang. Pendeta2 berusaha menyembuhkan serangan epilepsi dengan mencoba mengeluarkan iblis yang bersarang dengan doa2 dan tindakan2 magis. Takhyul ini ditentang oleh dokter jadul seperti Atreya di India dan belakangan oleh Hippocrates di Yunani, keduanya menyadari bahwa serangan itu adalah sebuah disfungsi otak bukannya kejadian supernatural.” Lebih lanjut dikatakan, “serangan epilepsi punya kekuatan dan simbolisme yang, secara sejarah, telah mendorong sesuatu yang berhubungan dengan kreatifitas atau kemampuan kepemimpinan yang tidak biasa. Para akademisi telah lama terkesan oleh bukti bahwa para nabi2 dan orang2 suci, pemimpin politik, filsuf dan banyak lagi yang telah mencapai kebesaran mereka dalam bidang seni dan sains, menderita epilepsi.” [2]
[2] www.epilepsy.com/epilepsy/famous.html

Aristoteles, yang pertama menghubungkan epilepsi dengan kejeniusan, dia bilang bahwa Socrates juga menderita epilepsi.

Dr. Jerome Engel menganggap hubungan epilepsi dan kejeniusan sebagai sebuah kebetulan belaka. [3] Schachter melanjutkan: “Yang lainnya tidak setuju itu, mereka bilang telah menemukan hubungan antara epilepsi dan bakat dalam beberapa orang. Eve LaPlante dalam bukunya Seized, menulis bahwa aktivitas otak tidak normal yang ditemukan dalam area temporal lobe (complex partial) epilepsi memainkan peran dalam pemikiran kreatif dan penciptaan karya seni. Neuropsychologist Dr. Paul Spiers berkeras: “Kadang hal yang sama yang menyebabkan epilepsi menyebabkan juga timbulnya bakat. Jika anda merusak sebuah area otak pada saat yang tepat diawal kehidupan anda, area yang berhubungan dengan sisi lainnya punya kesempatan utk berkembang lebih cepat utk mengkompensasi hal itu.”[4]
[3] Dr. Jerome Engel, Professor of Neurology at the University of California School of Medicine and author of the book Seizures and Epilepsy
[4] www.epilepsy.com/epilepsy/famous.html


Ini teori yang menarik. Jika Spiers benar, bukanlah TLE yang menyebabkan jenius atau kreativitas tapi reaksi otak yang mengkompensasi kerusakan yang timbul oleh TLE lah yang menyebabkannya.

Berikut adalah daftar pendek orang2 jenius yang Schachter percaya menderita penyakit epilepsi.

Alexander the Great: Raja Macedonia yang diabad ketiga SM menaklukan hampir seluruh dunia yang dikenal saat itu.
Julius Caesar: jendral brilian dan politisi hebat.
Napoleon Bonaparte: figur militer brilian lainnya.
Harriet Tubman: Wanita negro yang memimpin ratusan budak belian dari Amerika Selatan menuju kemerdekaan di Kanada. Dia dikenal sebagai “Musa kaumnya”.
Sanot Pauusl: Penginjil kristen terbesar, dimana tanpa dia kekristenan mungkin tidak akan mencapai Eropa dan menjadi Agama Dunia.
Joan of Arc: Anak petani yang tidak berpendidikan disebuah dusun terpencil abad pertengahan Perancis yang mengubah jalan sejarah lewat kemenangan2 militernya yang menakjubkan. Dari umur 13 Joan melaporkan kejadian2 ekstatik yang mana dia melihat kilatan cahaya, mendengar suara2 para santo/santa dan mendapat penglihatan malaikat2.
Alfred Nobel: Ahli kimia Swedia dan industrialis yang menciptakan dinamit dan mendanai Hadiah Nobel.
Dante: Penulis dari La Divina Comedia;
Sir Walter Scott: Salah satu figur literatur jaman Romantik; abad 18.
Jonathan Swift: Satiris dari Inggris, penulis dari Gulliver's Travels.
Edgar Allan Poe: Penulis Amerika abad 19.
Lord Byron, Percy Bysshe Shelley, dan Alfred Lord Tennyson: tiga dari penyair Roman Inggris terkenal,
Charles Dickens: Penulis jaman Victoria, diantaranya buku klasik seperti A Christmas Carol dan Oliver Twist.
Lewis Carroll: Penulis dari Alice's Adventures in Wonderland yang mungkin menulis mengenai pengalamannya ketika mendapat serangan TLE. Sensasi tsb mengawali petualangan dari Alice – merasa seperti jatuh kesebuah lubang merupakan salah satu ciri tipikal/khas bagi orang2 yang terserang TLE.
Fyodor Dostoevsky, Novelis Rusia, penulis novel klasik seperti Crime and Punishment dan The Brothers Karamazov, dianggap telah membawa kejayaan novel Barat kepuncaknya.

Muhammad mungkin mendapat serangan TLE pada umur lima tahun. Dostoevsky mendapat serangan tsb ketika berumur sembilan. Setelah mendapat remisi/pengampunan, sampai diumur 25, dia terus mendapat serangan epilepsi tiap beberapa hari sekali, berfluktuasi dalam perioda sedang hingga parah, yang kemudian berubah menjadi perasaan sedih dan takut yang dalam. Pengalaman2nya ini mirip dengan pengalaman dari Muhammad, yang mana mendapat penglihatan neraka yang mengerikan, penuh dengan kutukan dan gambaran2 keji dari penyiksaan. Ini beberapa contoh apa yang Muhammad lihat:

Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah azab yang membakar ini"
(Q 22.19-22)

Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
(Q 23.103-104)

Dostoevsky juga melihat cahaya menyilaukan. Lalu dia akan menjerit dan hilang kesadaran beberapa detik. Kadang epilepsi ini membuat kejutan disepangjang otak, menghasilkan serangan tonic-clonic sekunder. Setelah itu dia tidak bisa mengingat kejadian2 dan pembicaraan2 yang terjadi selama serangan tsb, dan dia sering merasa depresi, bersalah dan gampang marah selama berhari2 kemudian.

Count Leo Tolstoy: Penulis Abad 19 dari Rusia, karyanya Anna Karenina dan War and Peace, juga diperkirakan punya epilepsi.
Gustave Flaubert: nama besar lain dalam bidang literatur. Jenius dari Perancis abad 19 ini menulis maha karya seperti Madame Bovary dan A Sentimental Education. Menurut Schachter, “serangan terhadap Flaubert sangat khas, dimulai dengan perasaan seakan-akan mau mati, setelah mana dia merasa tidak aman dalam dirinya, seakan-akan telah dipindahkan kedimensi lain. Dia menulis bahwa tiap serangan epilepsinya ‘seperti pusaran ide dan gambar2 dalam otaknya, dimana selama itu dia merasa kesadarannya terbenam ketengah2 badai.’ Dia mengeluh, mendapatkan sentakan memori, melihat halusinasi2 mengerikan, mulutnya berbusa, tangan kanannya bergerak sendiri, ia berada dalam kondisi seperti ini sekitar 10 menit, lalu muntah.”
Dame Agatha Christie: Penulis novel misteri juga dilaporkan punya epilepsi.
Truman Capote: Penulis orang Amerika, In Cold Blood dan Breakfast at Tiffany’s.
George Frederick Handel: Komposer baroque terkenal the Messiah.
Niccolo Paganini: salah seorang violinis terbesar.
Peter Tchaikovsky: Komposer Rusia terkenal akan ballet Sleeping Beauty dan The Nutcracker.
dan
Ludwig van Beethoven: Salah seorang komposer klasik paling besar.

Schachter bilang, “ini Cuma contoh2 dari banyak lagi orang2 terkenal yang epilepsinya tercatat oleh sejarawan.” Malah daftar orang terkenal yang didiagnosa atau diduga punya epilepsi itu sangat panjang. Muhammad bukan satu2nya orang jahat dalam daftar ini. Kuasa imajinatifnya, depresinya, keinginan bunuh dirinya, sifatnya yang gampang marah, ketertarikannya pada agama, penglihatannya akan hari kiamat dan hidup sesudah mati, penglihatan dan pendengaran halusinasinya dan banyak lagi karakteristik psikologis dan fisik yang dapat dijelaskan dengan TLE.

Tapi, epilepsi tidak menjelaskan kekejian dari Muhammad, pembantaian2nya dan kegigihannya. Semua itu adalah hasil dari penyakit narsisistik patologisnya. Kombinasi penyakit mental dan kepribadian inilah yang membuat dia menjadi fenomena seperti sekarang ini. Muhammad memupuk pikiran2 “kemahaan”, maha agung, maha kuasa, dll. Penglihatan2 epileptik membuat dia merasa yakin akan kemahaan dia dan penglihatan2 epileptik membuat dia merasa mendapat kepastian/konfirmasi bahwa dia sungguh2 adalah nabi pilihan Tuhan. Seakan semua ini belumlah cukup, dia nikahi juga seorang wanita yang punya penyakit co-dependent, wanita yang mencari kebesaran dirinya sendiri dengan cara mengagung-ngagungkan suaminya.
Muhammad yakin akan misi nabinya. Keyakinan inilah yang mengilhami mereka yang dekat padanya dan membuat mereka yakin akan kepercayaan mereka padanya. Tapi ini tidak berarti bahwa seluruh ayat2 Qur’an ‘diturunkan’ padanya selama ‘kesurupan’ epilepsi ini. Serangan epilepsi ini mungkin berhenti ditahun2 terakhir hidupnya. Tapi, dia sendiri telah diyakinkan oleh ‘kemuliaannya’, hingga dia meneruskan saja mengucapkan ayat2 dikala situasi membutuhkannya utk itu. Sebagai seorang narsisis, dia menerima konfirmasi bagi kenabiannya dari mereka yang percaya buta padanya. Sulit utk bilang siapa yang membodohi siapa,. Muhammad yakin akan pengakuannya meskipun dia seenaknya berbohong, mengarang ayat2 ketika dia perlu, tapi, ketika orang2 juga mempercayai ini semua, dia sendiri jadi percaya juga, merasa diyakinkan. Hasilnya, dia pikir dia dikaruniai otoritas Ilahi utk menghukum mereka yang tidak setujuan dengannya. Dia merasa menjadi suara Tuhan dan menentang dia sama dengan menentang Yang Maha Kuasa. Dia merasa berhak utk berbohong. Jika dia berbohong, itu utk kebaikan dan dengan demikian dibenarkan. Ketika dia merampok dan membantai orang tak bersalah, dia melakukannya dengan kesadaran dan nurani yang jernih. Tujuan/Maksud yang dia ingin capai sedemikian besarnya hingga semua cara utk mencapai tujuan/maksud tsb dianggap olehnya sebagai sah-sah saja. Dia begitu teryakinkan oleh halusinasinya hingga dia merasa benar meski harus membunuh siapapun yang menghalanginya. Ayat2 Quran berikut ini menerangkan hal itu dengan sendirinya.

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan. (Q 4.14)

Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disama-ratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun. (Q 4.42)

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (Q 72.23)