Bagi pengikutnya, Jim Jones adalah pemimpin tercinta. Mereka memanggilnya dengan kata sayang “Bapak” atau “Dad” (bahasa Inggris yang berarti panggilan akrab anak pada ayah). Dengan berjalannya waktu, dia pelan2 beralih peran jadi sang Juru Selamat. Tatkala pengaruhnya semakin besar, dia pun menuntut lebih banyak ketaatan dan kesetiaan. Pengikutnya dengan penuh semangat memenuhi tuntutan ini. Dia meyakinkan mereka bahwa dunia akan hancur karena perang nuklir dan jika mereka mengikutinya, maka hanya MEREKA saja yang bisa selamat.

Osherow menulis: “Banyak isi pesannya yang menyerang rasisme dan kapitalisme, tapi kemarahannya yang paling utama tertuju pada ‘musuh2’ aliran Kenisah Rakyat yakni orang2 yang menolaknya dan terutama yang meninggalkannya.”

Gambaran di atas persis sama dengan Islam. Awalnya, Muhammad hanyalah “pemberi peringatan,” dan memanggil orang untuk percaya Tuhan dan takut akan Hari Kiamat. Begitu pengaruhnya semakin membesar dan jumlah pengikutnya bertambah, dia jadi lebih banyak menuntut, meminta mereka meninggalkan rumah2 mereka, hijrah dari tempat asal, dan mengancam mereka dengan kutukan illahi jika tidak taat padanya.

Banyak pesan Muhammad yang menyerang paganisme (shirk), tapi kemarahannya yang paling utama tertuju pada ‘musuh’ Islam yakni orang2 yang menolaknya dan terutama yang meninggalkannya. Jim Jones membawa jemaatnya ke hutan di Guyana dan memisahkan mereka dari keluarga2 mereka. Mereka terputus dari pengaruh dan dunia luar dan di bawah pengaruh Jones sepenuhnya sehingga dia bisa dengan mudah mencuci otak dan mengindoktrinasi mereka. Inilah alasan sebenarnya mengapa Muhammad meminta pengikutnya hijrah ke Medina. Dia mengadu domba pengikutnya yang setia melawan pengikutnya yang tidak mau ikut hijrah. Ayat di bawah menjelaskan sikapnya:

Dan mereka yang percaya tapi tidak mau meninggalkan rumahnya, kalian tidak punya tugas untuk melindungi mereka sampai mereka meninggalkan rumahnya; tapi jika mereka minta tolong padamu karena alasan agama maka itulah tugasmu untuk menolong (mereka) kecuali terhadap orang2 yang diantara mereka dan kalian terdapat suatu perjanjian. Allah mengetahui apa yang kalian lakukan. (Q.8:72)

Ayat ini mengatakan para Muslim tidak boleh melindungi Muslim lain yang tidak mau hijrah. Dengan kata lain, Muslim taat harus membunuh Muslim yang tidak mau hijrah, sampai mereka mau hijrah dan taat. Bagian akhir ayat 8:72 terutama menjelaskan hal itu. Dia mengancam pengikutnya bahwa Allâh mengamati mereka dan tahu, tidak hanya apa yang mereka perbuat, tapi juga pikiran2 mereka.

Allâh-nya Muhammad sagat mirip dengan tokoh diktator Ocenia bernama “Big Brother” (Abang Besar) di buku karangan George Orwell yang berjudul Nineteen Eighty-Four (1984). Dalam kisah ini, setiap orang dalam masyarakat diamat-amati dengan seksama oleh Pemerintah melalui kamera2 TV. Orang2 diperingatkan terus-menerus akan kalimat “Abang Besar mengamatimu,” dan ini adalah “inti” sistem propaganda di negara itu. Di buku ini, tidak dijelaskan apakah Abang Besar itu benar2 nyata ada atau hanya karangan Pemerintah saja. Akan tetapi, karena tokoh utama Partai Pemerintah bernama O’Brien mengatakan bahwa Abang Besar tidak akan pernah mati, hal ini menjelaskan bahwa Abang Besar merupakan wujud Partai itu sendiri. Tiada seorang pun yang pernah melihatnya. Mukanya terpampang di papan2 pengumuman, suaranya terdengar di layar TV… Abang Besar adalah adalah tokoh samaran yang diciptakan Partai Pemerintah untuk mewakili mereka di muka dunia. Fungsi si Abang adalah untuk menciptakan kesatuan perasaan cinta, takut, dan hubungan. Orang lebih mudah merasakan emosi2 seperti itu pada sosok manusia daripada pada sebuah Partai Pemerintah. “Warga negara Oceania yang setia tidak takut pada Abang Besar, tapi cinta dan menghormatinya. Mereka merasa Abang melindungi mereka dari kejahatan di luar sana.” [245]
[245] Wikipedia.com

Abang Besar sama halnya dengan Allâh, yang tidak tampak, tapi selalu ada. Dia dicintai dan sekaligus ditakuti Muslim dan Allâh mengamati setiap tingkah laku dan pikiran2 Muslim.