Pertanyaan yang mengganggu para muslim adalah kenapa, jika Muhammad begitu jahat, para sahabatnya begitu memuji dia? Kenapa tak seorangpun yang menghina dia, bahkan setelah dia meninggal?
Jawabannya adalah bahwa dalam sebuah masyarakat yang didasari oleh sebuah cult pribadi, mengucapkan apa yang ada dalam pikiran2mu tidak selalu aman. Berkata benar akan menyebabkan kamu dikucilkan atau yg lebih buruk lagi, kehilangan nyawa. Kebanyakan orang punya mentalitas utk ikut2an dan ikut arus begitu saja. Mereka yang berpikiran beda cukup sadar utk tutup mulut dan membuat kepala mereka aman2 saja dipundaknya.

Abdullah Ibn Abi Sarh, yang menjadi salah seorang sekretaris Muhammad (yg menulis Qur’an sementara didiktekan Muhammad), harus kabur dari Medina dan hanya dikota Mekah saja (yg ketika itu masih aman) dia berani berkata bahwa tidak ada wahyu2 itu, Muhammad mengarang-ngarang Qur’an saja. Tapi, ketika Muhammad menaklukkan Mekah, langsung dia cari Abi Sarh dan memerintahkan untuk mengeksekusinya, meski sebelumnya dia berjanji utk tidak membunuh seorangpun jika kota itu mau menyerah tanpa perlawanan. Nyawa Abi Sarh diselamatkan, karena pertolongan dari Usman yang kebetulan menjadi saudara angkatnya.

Ketika kritik2 dibungkam, para penjilat mencoba mengangkat harkat mereka dengan memuliakan sang pemimpin lewat puji2an berlebihan dan kelewatan. Saddam dibenci oleh kebanyakan rakyat Irak, tapi yang anda dengar tentang dia di Irak, ketika dia masih berkuasa, hanyalah puji2an baginya. Orang2 Narsisis begitu terputus dari kenyataan hingga mereka percaya pujian2 itu, dengan kata lain menjadi korban dari tipuannya sendiri. Karena Muhammad dipercaya sebagai nabi, pemerintahan terornya tidak berakhir dengan kematiannya. Mereka yang sungguh2 percaya (jatuh) pada kebohongannya melanjutkan terror itu dan membungkam suara2 lawan seperti yang terjadi juga saat ini. Setelah mereka yang pernah kenal dekat dengan Muhammad meninggal, generasi berikutnya tidak punya jalan lagi, tidak bisa tahu lagi mana yang benar dan percaya saja akan apa yang semua orang percayai dan kebohongan itu diturunkan dari generasi ke generasi. Setelah kematian Muhammad, para penjilat terus menerus memuji2 dia, memuliakan dia, bahkan menceritakan mukjijat2 yang katanya dilakukan oleh dia, mereka pikir ini akan meningkatkan martabat mereka dan membuat mereka sekaligus Muhammad kelihatan saleh. Banyak sekali mukjijat2 yang katanya dilakukan Muhammad meski dia sendiri mengakui dalam Qur’an bahwa dia tidak bisa melakukan mukjijat apapun. [236]
[236] Para kafir berulangkali meminta Muhammad membuat muzizat agar mereka bisa percaya (Quran 17: 90) dan Muhammad terus-menerus mengatakan pada mereka "Terpujilah Allah! Aku hanyalah seorang manusia, seorang rasul" (Qur’an 17: 93)

Seribu Empat Ratus Tahun kemudian, jutaan muslim bertingkah laku serupa dengan yang dilakukan ketika jamannya Muhammad di Medina. Mereka yang melawan takut untuk bicara, dan jika mereka beranipun, dibungkam dengan cepat, sementara para penjilat dihormati karena mau memuliakan sang nabi dan menceritakan ‘kebaikan2’nya. Bagaimana kebenaran bisa menang dalam atmosfir yang demikian represif, yg begitu penuh dengan kemunafikan dan penjilatan?

Ada kisah2 tentang Muhammad yg memerintahkan pembunuhan para pengkritiknya dan cerita tentang Omar, tangan kanan Muhammad, yang selalu siap menarik pedang mengancam utk menggorok siapa saja yang berani mempertanyakan otoritas tuannya. Muhammad mendorong sifat penjilat dan menghukum kebebasan berpikir dan kritik2.

Orang2 terjebak dalam atmosfir yang menyesakkan dada, dan pada akhirnya kepercayaan akan kualitas super dari pemimpin dan kepercayaan tsb menjadi asli dan nyata didalam diri dan pikiran mereka.

Baru-baru ini, sebuah team ahli bedah mata pergi ke Korea Utara utk menolong orang2 yang sakit katarak. Ribuan orang muda dan tua berbaris dan setelah mendapat pengobatan yang membantu penglihatan mereka, para dokter itu tertegun melihat bahwa hal pertama yang pingin mereka lihat adalah potret besar dari diktator Kim Jung Il, yang digantung didinding, mereka bersujud dan berterima kasih pada foto itu – bukan pada dokter yang menolong mereka, tapi pada sang tiran yang membuat mereka tetap buta selama bertahun2 ini.

Misi muhammad bisa berjalan baik dan sukses sebagian besar karena dia muncul disaat dan tempat yang tepat, dimana dia berada diantara masyarakat yang tidak tahu (ignorant), percaya takhyul, dan kebanyakan chauvinist (sikap bangga terhadap bangsanya secara berlebih-lebihan). Ini semua adalah kualitas2 yang dia perlukan utk mendukung agama rampoknya, kualitas2 itu semua sudah ada disana, diantara orang2 yang kemudian menjadi pengikut2 awalnya. Chauvinisme, kefanatikan, kesombongan, arogansi, megalomania, kebodohan, sikap bangga berlebihan, kerakusan, birahi, meremehkan hidup dan karakter2 tercela lainnya yang menjadi tanda resmi dari Islam sudah ada terlebih dahulu sebagai materia prima (materi utama) di Arab, dimana dia meluncurkan kegiatan kenabiannya. Atribut2 dan kualitas2 ini belakangan dipaksakan pada bangsa2 lain yang menjadi korban islam. Mereka yang sebelumnya sudah punya dasar atribut2 ini, merasa menemukan landasannya dalam islam utk melesat lepas landas dan menjadikannya pengabsahan “ilahi” bagi kegemaran kriminal dan menyimpang.