Kejang-kejang yang diakibatkan dari dalam temporal lobe bisa didahului oleh sebuah aura (peringatan), dalam bentuk sensasi abnormal, epigastric sensations (perasaan aneh dalam perut), halusinasi atau ilusi (entah lewat indera mata, hidung atau rasa di mulut ), sensasi déjà vu (perasaan sangat bahagia dan puas), membayangkan peristiwa atau perasaan di masa lalu atau emosi tiba2 dan intens yang tidak ada hubungannya dengan keadaan saat itu. Semua gejala2 ini hadir saat Muhamad mengalami kejang-kejang.

Pengalaman epilepsi ini bisa partial/sebagian, dimana sang penderita tidak kehilangan kesadaran, atau partial complex, yang mengakibatkan kehilangan atau kekurangan kesadaran.

Gejala2 lain termasuk gerakan kepala yang abnormal dan bola mata yang terangkat keatas (putih semua, bagian hitamnya tidak kelihatan). Kejang-kejang tipe inilah yang terjadi pada Muhamad saat dibangunnya Ka’bah.

Gerakan kontraksi otot yang repetitif dan ritmik yang mempengaruhi satu bagian tubuh, satu lengan, bagian dari wajah atau bagian terisolasi lainnya juga merupakan gejala-gejala TLE. Gejala-gejala lain termasuk sakit perut bagian bawah (abdominal pain), perasaan muak (nausea), keringat deras, wajah kemerah2an, detak jantung yang cepat dan perubahan dalam visi, ucapan, pemikiran, kesadaran dan kepribadian. Jelas, halusinasi lewat panca-indera (visual, audio, sentuhan badan dsb.) adalah gejala2 utama.

Epilepsy.dk mendefinisikan, “Simple partial seizures dengan gejala-gejala mental, yaitu si penderita bisa mengingat apa yang dialaminya tadi, dari jaman dulu dikenal sebagai ‘aura’. Kejang-kejang itu sering disusul dengan gerakan tubuh yang tehentak-hentak (convulsion). Mereka sering bagaikan mimpi … Ia berpikir ia sudah gila.”

Muhamad memang merasa bahwa ia sudah gila. Khadijah-lah yang
meyakinkannya bahwa ia tidak gila.

Situs itu juga menulis: “Sejak lama diperdebatkan apakah penderita epilepsy memiliki kepribadian khas yang berbeda dari orang lain. Disimpulkan bahwa penderita dengan temporal lobe epilepsy lebih tidak stabil secara emosional, dengan kecendrungan untuk agresif. Ada yang menjadi egois (self-centered), mereka begitu sensitif sampai mendekati paranoia, dan setiap pernyataan bisa membuatnya tersinggung. Mereka terlalu menganalisa hal2 secara mendalam (mengarah kepada perasaan dendam), dan sangat tertarik khususnya pada hal2 seperti agama, hal2 mistik, filosofis dan isu2 moralitas.”

Dijelaskan pula bahwa penderita TLE cenderung untuk depresi, berpikir untuk bunuh diri dan halusinasi. Penderita merasa bahwa ia sedang ditindas. Namun demikian, hubungan emosionalnya dengan orang2 lain lebih baik dengan penderita schizophrenia. Berbeda dengan schizophrenia, TLE sering sembuh dengan sendirinya. Ini kemungkinan terjadi pada Muhamad, karena semakin beranjak dalam umur kejang-kejangnya semakin jarang terjadi. Namun demikian, ini tidak menghentikannya untuk terus “menerima wahyu” untuk melengkapi Qur’annya sesuai dengan keperluan keadaan.

Diantara ayat-ayat Mekah yang dini dan ayat-ayat Medinah yang belakangan, ada perbedaan dalam nada, ahasa dan struktur bahasa. Surat-surat yang ditulis selama karir Muhamad yang dini bersifat poetis. Mereka berbunyi seperti sajak, pendek dan menarik perhatian. Mereka penuh dengan permohonan agar pengikut soleh, rajin berzakat, menafkahi anak yatim, membebaskan budak, sabar, berbaik hati dan penuh kasih dan cukup banyak perngatan dan janji-janji neraka bagi mereka yang tidak mengindahkan peringatannya.

Surat 91, “Al Shams/Matahari”, adalah surat khas yang menggambarkan periode ini. Surat itu membicarakan sebuah mitos yang sudah dikenal luas oleh bangsa Arab, bahwa Allâh telah mengirimkan onta betina untuk memperingatkan rakyat Tsamud, yang karena kecerobohan mereka memotong sebuah binatang yang sebenarnya seorang nabi betina.

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas, ketika bangkit orang yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasul Allah (Saleh) berkata kepada mereka: ("Biarkanlah) unta betina Allah dan minumannya". Lalu mereka mendustakannya dan menyembelih unta itu, maka Tuhan mereka membinasakan mereka disebabkan dosa mereka, lalu Allah menyama-ratakan mereka (dengan tanah), dan Allah tidak takut terhadap akibat tindakan-Nya itu.

Surat 113, “AL Falaq/Subuh”, adalah contoh lain tentang surat yang ditulis dalam periode Mekah ini.

Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Biasanya tukang-tukan sihir dalam melakukan sihirnya membikin buhul-buhul dari tali lalu membacakan jampi-jampi dengan menghembus-hembuskan nafasnya ke buhul tersebut. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki".

Saat masih di Mekah, ambisi Muhamad hanya terbatas pada kota itu dan sekitarnya. Ia menulis: Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya.

Ibu segala Kota, Ummul Qura, adalah Mekah. Dalam ayat-ayat lain, ia mengatakan bahwa ia datang khusus bagi mereka yang belum menerima wahyu dari Tuhan. Menurut ayat-ayat ini, pesannya tidak ditujukan bagi Yahudi dan Kristen. Namun dengan lajunya waktu dan ambisinya, akhirnya ia menuntut agar kesemuanya tunduk padanya atau mati.

Bahasa dalam surat-surat belakangan bersifat legalistik. Sama dengan bahasa seorang tiran yang menetapkan hukum dan peraturan bagi pengiktunya dan mendorong mereka untuk merebut wilayah baru.

Seperti dikatakan A. S. Tritton, “Kalimat-kalimatnya panjang dan sulit dicerna sehingga sang pendengar harus mengendar secara hati-hati atau ia akan kehilangan iramanya; bahasanya bersifat prosa dengan kata-kata yang berirama dalam intervalnya. Topiknya adalah peraturan, komentar atas kejadian, pernyataan kebijakan, peringatan kepada mereka yang tidak se-iya sekata dengan sang nabi, khususnya Yahudi, dan rujukan kepada cekcok rumah tangga. Daya khayalnya disini mulai melemah dan anak-anak kalimat menunjukkan kemiskinan ide-ide dengan disana sini berisi letupan entusiasme dari ayat-ayat Mekah.”

Juga penting dicatat bahwa halusinasi Muhamad tidak terbatas pada malaikat Jibril. Ia juga mengaku melihat Jin dan bahkan Setan. Saat sedang solat dalam mesjid, ia mulai menggerak-gerikkan lengannya seakan bergelut dengan seseorang yang tidak kelihatan. Ia kemudian mengatakan, “Setan datang didepan saya dan mencoba mengganggu doa saya, namun Allâh memberi saya kekuatan dan saya mencekiknya. Saya berpikir untuk mengikatnya kepada tiang mesjid shg kau bisa melihatnya saat kau bangun di pagi hari. Lalu saya ingat pernyataan Nabi Solomon, 'Tuhanku ! Berikan kepada saya sebuah kerajaan yang tidak dimiliki siapapun setelah saya.' Lalu Allâh membuatnya (Setan) kembali dengan kepala tunduk (terhina).”

Dalam berbagai ahadis, Muhamad meriwayahkan pertemuan2nya dengan Jin. Ada cerita yang mengatakan ia bermalam di kota mereka dan membuat mereka masuk Islam. Ada paling sedikit 30 rujukan kepada Jin dalam Qur’an.

Gejala Lain TLE

Penderita TLE memiliki lima tendensi ini (diantara dan bukan selama kejang-kejang):

1. Hypergraphia: sebuah fenomena obsesi yang diwujudkan dalam menulis atau mencatat dalam buku harian secara ekstensif. Walau mengaku buta huruf, Muhamad menyusun Qur’an, meminta orang lain untuk menulis untuknya.

2. Hyperreligiositas: kepercayaan religius yang tidak hanya intens/mendalam, namun juga bisa diasosiasikan dengan teori-teori teologis atau kosmologis yang tidak lazim. Penderita menganggap diri mendapatkan wahyu ilahi. Muhamad jelas menyibukkan diri dengan filosofi dan hal-hal mistik, yang membawanya menciptakan sebuah agama baru.

3. Sifat Menempel: Dari cerita-cerita tentang kedekatan Muhamad pada pamannya, ketika ia masih kecil, bisa disimpulkan bahwa Muhamad secara emosional sangat memerlukan orang dekat dan sangat marah saat ditolak atau dicampakkan.

4. Niat seksual yang berubah-ubah: Obsesi Muhamad kepada wanita menunjukkan bahwa interesnya kepada sex meningkat walau, seperti yang akan kita saksikan nanti, kemampuannya itu kemungkinan berkurang atau hilang sepenuhnya.

5. Agresif: emosi intens ini sering labil, sehingga suatu saat penderita bisa menunjukkan kehangatan, dan pada saat lain, kemarahan dan iritasi berujung pada amukan dan kelakuan agresif. Muhamad kadang bersifat ramah, khususnya kepada sahabat-sahabatnya, namun sangat tidak sabar dan sering jengkel dgn mereka yang ia anggap menolak tuntutan-tuntutannya. Bukhari mengatakan: “Jika Nabi tidak suka sesuatu, tanda ketidaksukaan itu akan nampak pada wajahnya.”

Image
Wajah Nabi kalau udah mulai marah ...