Para pemimpin aliran sesat punya pribadi megalomaniak. Baik Jim Jones maupun Muhammad punya ego (keakuan) yang terlalu membengkak. Untuk memikat anggota baru, Jones mengadakan pelayanan masyarakat di berbagai kota. Di selebaran2 yang disebarkan tertulis:
Pendeta Jim Jones… Luar Biasa! Penuh Muzizat! Sukar Dipercaya!
Pelayanan kesembuhan kenabian yang paling unik yang engkau akan pernah saksikan! Saksikan Firman yang hadir diantara kalian!”
[266]
[266] Suicide Cult: The Inside Story of the Peoples Temple Sect and the Massacre in Guyana (201P) by Marshall Kilduff and Ron Javers (1978)

Muhammad juga punya banyak bualan tentang dirinya sendiri. Allâh yang adalah boneka ciptaannya seringkali memujinya sebagai:
Kami mengirim kamu sebagai belas kasihan untuk semua makhluk (Q.21:107)
Dan memang kau (Muhammad) punya moral2 yang luhur. (Q.68:4)
Memang benar Rasul Allâh kau adalah contoh baik untuk diikuti. (Q.33:21)
Sungguh benar inilah kata Rasul yang paling terhormat. (Q.81:19)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q. 4:65)

Ayat terakhir jelas menunjukkan bahwa Muhammad menuntut ketaatan mutlak dan marah kalau dikritik atau kalau ada yang tidak setuju dengannya.

Osherow menulis: “Anggota jemaat belajar menanggapi hal yang bertentangan antara khotbah muluk Jones dan kerasnya aturan dalam Kenisah Rakyat dan menyalahkan semuanya pada ketidakmampuan diri sendiri dan tidak pada diri Jones. Seorang bekas anggota jemaat yang bernama Neva Sly mengatakan: ‘Kami selalu menyalahkan diri kami sendiri jikalau ada yang tidak beres.’ [267] Bahasa aneh dan sumbang mulai berkembang di dalam gereja itu, di mana ‘Sumber Alasan’ adalah apapun yang dikatakan Jim Jones. [268] Akhirnya, dengan kemahiran berpidato, penipuan, dan bahasa yang muluk, Jones bisa meyakinkan bahwa kematian sebenarnya adalah ‘langkah selanjutnya’ dan dengan ini dia menutupi tindakan putus asa bunuh diri sebagai tindakan ‘bunuh diri revolusioner’ yang terhormat dan berani. Para jemaatnya percaya pada kata2nya.”
[267] Winfrey, C. Why 900 died in Guyana. New York Times Magazine, February 25, 1979.
[268] Mills, J. Six years with God. New York: A & W Publishers, 1979


Hal inipun persis dengan yang terjadi pada Islam, di mana Muslim secara sukarela menyalahkan diri sendiri jikalau ada yang tidak beres dan bersyukur pada Allâh untuk semua hal yang baik. Kita juga bisa melihat kesamaan yang tepat antara pengikut Muhammad dan Jim Jones di saat mereka menghadapi kematian.

Kata asli “kami cinta kematian sama seperti kau cinta kehidupan” yang dikatakan Osama bin Laden pada suratnya yang terkenal untuk Amerika Serikat sebenarnya terdapat dalam kejadian Perang Qadisiyya di tahun 636 ketika panglima tentara Muslim yakni Khalid ibn Al-Walid mengirim pesan surat dari Kalifah Abu Bakr kepada panglima Persia bernama Khosrau. Suratnya menyatakan: “Kau (Khosrau dan orang2nya) harus masuk Islam, dan dengan begitu nyawamu selamat, karena jika tidak, kau harus tahu bahwa aku datang padamu dengan tentara2 yang cinta kematian, seperti kau cinta kehidupan.” Kalimat ini terus dikutip di khotbah2 Muslim modern, di koran2 dan di buku2 Islam.