Mungkinkah perangsangan temporal lobe membangunkan pengalaman misitk spt merasakan kehadiran “mahluk halus”, mendengar suara, melihat cahaya atau bahkan hantu ?

Michael Persinger setuju. Ia mampu mendemonstrasikan bahwa sensasi yg digambarkan sbg “pengalaman religius” tidak lain adalah dampak sampingan dari kegiatan otak kita yg sangat aktif itu. Dlm kata2 sederhana:

Kalau bagian otak sebelah kanan-bagian yg mengatur emosi kita- ... dan lalu bagian kiri-bagian bahasa- diperintahkan utk mempertanyakan fenomena tidak eksis ini, otak kita menghasilkan perasaan adanya “mahluk halus.”

Ken Hollings menulis :

“Persinger… berpendapat bahwa pengalaman religius diciptakan dalam otak. Studi akhir2 ini menunjukkan bahwa kesadaran mengenai diri kita sendiri (our sense of self) dihasilkan oleh temporal lobe kiri, yg berlokasi dlm bagian otak yg mengatur logika dan ketepatan, yg mencoba mempertahankan batasan antara kesadaran individual dan dunia luar. Tutup lobe itu dan kau akan merasakan bahwa kau telah menyatu dgn Alam Semesta – bentuk utama pengalaman religius.

Rangsang temporal lobe bagian kanan, bagian otak kita yg lebih kreatif dan emosional, maka timbullah perasaan kesadaran diri, yg biasanya dirasakan sbg fenomena 'terpisah'.”


Persinger menempatkan helm sepeda motor dgn sumbu2 (solenoid) yg menyalurkan aliran elektromagnetik lunak disekitar kepala bagian otak seorang sukarelawan. Mereka duduk dgn mata tertutup kain dlm sebuah kamar kosong yg mendapat julukan “ruang surga dan neraka.” Dgn memindah2kan aliran listrik itu, 80% dari sukarelawan yg mengambil bagian dlm eksperimen ini merasakan “kehadiran” mahluk halus dlm kamar tsb, kadang menyentuh atau bahkan meraih mereka. Ada yg mengatakan bahwa mereka mencium wangi surga atau bau neraka. Mereka mendengar suara, melihat lorong2 gelap, cahaya dan pengalaman religius mendalam.

Ed Conroy, melaporkan eksperimen Michael Persinger ini & menulis : “Kepribadian orang2 normal yg menunjukkan meningkatnya aktivitas temporal lobe … menunjukkan meningkatnya kreatifitas, suggestibility, kapasitas ingatan dan proses intuisi. Sebagian besar mengalami fantasi hebat atau subyektif yg memupuk adaptabilitas mereka. Banyak dari mereka cenderung pada aktivitas fisik dan mental yg disusul dgn depresi ringan. Orang2 ini lebih sering memiliki mengalami perasaan ‘ada hantu dan bahkan melihatnya’; kepercayaan2 eksotik lebih dirasakan ketimbang konsep2 religi tradisional.”

Persinger menemukan bahwa masing2 sukarelawan memberikan nama yg tidak asing kpd 'hantu' mereka. Orang2 beragama merasakan kehadiran tokoh2 suci agama mereka spt Elijah, Yesus, Bunda Maria, Mohamad, dsb. Mereka yg cenderung memiliki interpretasi ala Freud - menamakan fenomena yg hadir sbg kakeknya misalnya, sementara sukarelawan yg agnostik, yg terkagum2 ttg cerita2 piring terbang dari angkasa luar (UFO), menceritakan sesuatu yg lebih mirip cerita penculikan oleh mahluk dari planet lain.

Metoda ini juga digunakan utk merangsang pengalaman hampir mati
(near-death experience) atau NDE. Hollings menulis :

“Thn 1933 di Montreal, ahli bedah syaraf, Wilder Penfield menemukan bahwa saat ia menstimulasi sel2 saraf tertentu dlm temporal lobe dgn aliran listrik, pasien akan merasakan kembali ‘pengalaman2 sebelumnya’ secara mendetil dan meyakinkan.

Dlm bukunya yg kontroversial thn 1976, The Origin of Consciousness in the Breakdown of the Bicameral Mind, psikologis Princeton, Julian Jaynes mengatakan bahwa perasaan yg biasanya digambarkan sbg
'pengalaman religius' hanyalah efek sampingan dari interaktivitas giat antara bagian kiri dan kanan otak kami. Nenek moyang kami, katanya, tidak ... dapat menjelaskan perasaan tsb kecuali menyebutnya sbg suara2 dan visi dari dewa2 di atas.”


Apa yg sebenarnya terjadi dlm saat kesadaran spiritual yg intens ?

Hollings mengatakan, “Aktivitas dlm bagian amygdale otak, yg memantau lingkungan utk menghindari ancaman dan mengukur ketakutan, ditekan (dampened). Sirkuit2 Parietal lobe yg memberikan kita orientasi, hilang secara pelan2, sementara sirkuit2 dlm frontal dan temporal lobe, yg menandai waktu dan mengakibatkan kesadaran diri, menjadi terputus.


Menggunakan brain-imaging data dari Budhis2 Tibet selama meditasi atau biarawati Fransiskan saat berdoa, Dr. Andrew Newberg dari University of Pennsylvania mengamati bahwa segenggam syaraf/neuron dlm superior parietal lobe, dihampir atas dan belakang otak kami, telah berhenti (shut down). Kawasan ini membantu memproses informasi ttg orientasi dan waktu.”

Image

Persinger menunjukkan bahwa pengalaman “spiritual” dan “supernatural” adalah hasil dari kurangnya komunikasi dan koordinasi antara temporal lobe kiri dan kanan. Pengalaman adanya hantu dlm kamar, perasaan bahwa sukma kita terpisah dari badan, melihat bagian2 tubuh kita terpotong2 secara aneh dan bahkan perasaan religius semuanya diciptakan dlm otak. Persinger menyebut pengalaman2 ini sbg ‘temporal lobe transients’, atau peningkatan dan ketidakstabilan dlm pola2 penembakan neuron dlm temporal lobe.

Bgm pengalaman ini menghasilkan perasaan religius ?

"Kesadaran diri kita" (our sense of self), kata Persinger “pada fungsi otak normal, dipertahankan oleh cortex temporal sebelah kiri dan kanan. Begitu kedua cortex ini tidak terkoordinasi, spt saat kejang2 atau pengalaman 'mistik,' maka otak sebelah kiri menafsirkan aktivitas tidka terkoordinasi itu sbg ‘pribadi lain’, atau 'kehadiran mahluk lain’, seakan ada mahluk halus (yg bisa ditafsirkan sbg malaikat, jin, hantu atau mahluk angkasa luar), atau meninggalkan tubuh mereka (spt dalam pengalaman near-death experiences), atau bahkan ‘Tuhan’.

Saat amygdala (bagian kanan otak berhubungan dgn emosi) terlibat dlm pengalaman mistik ini, faktor2 emosional sangat meningkatkan pengalaman itu, yg kalau dihubungkan dgn tema2 spiritual, bisa menjadi sebuah kekuatan yg sangat intens bagi perasaan religius."