Pertanda dari seorang narsisis adalah berkembangnya penyakit superioritas sebagai respon akan perasaan rendah diri. Hal ini melibatkan pembesar-besaran prestasi seseorang dan merendahkan orang lain yang dianggap ancaman bagi sang narsisis.

Kesalahan asuh orang tua menjadi penyebab terbesar adanya penyakit narsisistik ini dalam seorang anak. Contohnya, orang tua yang serba membolehkan yang memberi pujian berlebih-lebihan pada sang anak, terlalu menurutkan dan memanjakan sang anak, gagal menerapkan disiplin, dan mengidealisasi si anak menjadi faktor2nya. Hasilnya, sang narsisis secara umum merasa tidak siap utk masa dewasa, setelah dibesarkan dalam pandangan hidup yang tidak realistik. Sebaliknya, seorang anak yang tidak menerima dukungan dan dorongan yang cukup bisa juga mengidap penyakit narsisistik.

Kita tahu bahwa Muhammad ketika bayi diberikan dan dibesarkan oleh orang lain. Apakah ibunya tidak tertarik padanya? Kenapa dia tidak pernah berdoa dikubur ibunya sampai dia sudah berumur 60 tahun lebih juga? Apakah dia masih benci pada ibunya?

Halima tidak mau mengurus bayi Muhammad karena dia adalah anak yatim dari seorang janda miskin dan penghasilan dia kecil. Apa ini mempengaruhi cara dia atau keluarga memperlakukan Muhammad? Anak2 bisa sangat kejam. Menjadi anak yatim dijaman itu adalah sebuah aib, seperti juga sekarang masih menjadi aib dinegara2 islam. Kondisi masa kecil Muhammad tidak kondusif utk membentuk rasa menghargai diri sendiri yang sehat.

Jon Mardi Horowitz, penulis dari Stress Response Syndromes,menjelaskan: “Ketika kepuasan narsisistik yg jadi kebiasaan karena seringnya dipuji, diberikan perlakuan khusus dan mengagumi diri sendiri terancam, hasilnya mungkin adalah depresi, sedih tanpa alasan, gelisah, malu, merusak diri sendiri atau kemarahan yang diarahkan pada orang yang bisa jadi sasaran kesalahan atas situasi tsb. Anak2 bisa belajar utk menghindari kondisi emosi menyakitkan ini dengan belajar memproses informasi narsisistik ini.” [11]
[11] Jon Mardi Horowitz – “Stress Response Syndromes: PTSD, Grief, and Adjustment Disorders”, Third Edition

Muhammad, tentunya, punya masa kecil yang sulit. Dalam surat 93 atau 3-8, (dikutip pada awal bab satu buku ini) dia dengan halus mengingat masa yatimnya yang penuh kesepian dan meyakinkan dirinya bahwa Allah akan baik padanya dan tidak akan meninggalkan dia. Ini menunjukkan betapa ingatan akan masa kecil yang banyak itu menyakitkannya. Fakta bahwa Muhammad menciptakan dunia khayalan utk lepas dari kenyataan, begitu hidup khayalan itu hingga menakuti orang tua angkatnya, adalah petunjuk lain bahwa masa kecilnya tidaklah menyenangkan sama sekali. Muhammad mungkin tidak ingat rincian apa yang terjadi pada tahun pertama kehidupannya, tapi jelas dia mendapat luka psikologis sepanjang hidupnya. Bagi dia, dunia khayalan yang dia ciptakan itu nyata. Menjadi pengungsian yang aman baginya, sebuah tempat menyenangkan utk mengundurkan diri dan lepas dari kenyataan. Dalam dunia khayalannya, dia bisa dicintai, dihormati, dikagumi, berkuasa, penting dan bahkan ditakuti. Dia bisa menjadi apapun yang dia inginkan dan mengimbangi kekurang perhatian yang dia dapatkan dari dunia diluarnya.

Menurut Vaknin, “penyebab yang sebenarnya dari Narsisisme tidak sepenuhnya dimengerti tapi jelas dimulai dari awal masa kecil (sebelum umur 5 tahun). Hal itu dipercaya disebabkan oleh kegagalan yang berulang-ulang dan serius pada pihak Objek Primer sang anak (orang tua atau pengasuh). Orang Narsisis dewasa sering berasal dari rumah tangga dimana salah seorang atau kedua orang tuanya mengabaikan dia atau menganiaya sang anak… SEMUA anak (sehat atau tidak) ketika mereka tidak diijinkan utk melakukan sesuatu oleh orang tuanya kadang akan memasuki kondisi narsisistik dimana mereka melihat diri mereka sendiri dan bertindak seakan mereka begitu berkuasa/sangat kuat. Ini alamiah dan sehat karena hal ini membuat kepercayaan diri pada sang anak utk berkaca dari penolakan orang tua." [12]
[12] www.faqfarm.com/Q/Can_you_be_responsibl ... narcissism

Anak2 yang diabaikan menyerap sebuah perasaan kekurangan. Mereka jadi percaya bahwa mereka itu tidak pantas diperhatikan dan dicintai. Sebagai reaksi terhadap hal itu, mereka cenderung membela ego mereka dengan membanggakan diri secara berlebihan. Mereka melihat kelemahan diri mereka dan merasa bahwa jika orang lain melihat hal itu, mereka tidak akan dicintai, dikagumi dan dihormati. Jadi mereka berbohong dan menciptakan kisah2 fantastik, menyombongkan diri mereka sendiri, betapa penting diri mereka. Kekuatan khayal mereka sering berasal dari sumber diluar diri mereka. Bisa ayah mereka atau teman yang kuat. Narsisisme jenis ini pada anak2 adalah dormal, tapi jika mereka mempertahankan pemikiran ini hingga mereka dewasa, hal itu akan berkembang menjadi penyakit narsisistic personality. Pada Muhammad, sumber kekuatan luarnya tidak lain adalah Allah, yang paling kuat, paling ditakuti dan maha kuasa. Dengan menghubungkan dirinya dengan Allah dan menyajikan dirinya sebagai perantara tunggal, dia mendapatkan kuasa Allah itu sendiri.

Setelah kematian ibunya, ketika Muhammad berumur enam tahun, dia ada dibawah didikan dari kakeknya yang sudah tua, yang memanjakan dia. Dalam beberapa hadits ditunjukkan, Abdul Muttalib terlalu penurut dan selalu membolehkan cucu yatimnya itu. Muhammad kecil akan duduk pada tikar sebelah sang kakek sementara paman2nya mengelilingi mereka.

Pengakuannya bahwa Abdul Muttalib bilang pada pamannya Abu Talib, “Biarkan dia karena dia punya nasib yang besar, dan akan menjadi pewaris sebuah kerajaan,” atau bilang pada perawatnya, “Berhati-hatilah jangan sampai dia jatuh ketangan orang yahudi atau kristen, karena mereka mencari-cari dia dan bermaksud melukainya!”, jelas-jelas hanya isapan jempolnya belaka. Itu semua adalah kebohongan yang dia karang dan mungkin juga jadi dipercayainya. Ini adalah ciri khas khayalan seorang narsisis, yang berpikir bahwa diri mereka begitu pentingnya hingga mereka percaya orang lain memburu utk melukainya karena cemburu. Meskipun demikian, jelas bahwa Abdul Muttalib membuat Muhammad merasa spesial. Dia manjakan dan cintai cucu yatimnya itu. Sang kakek memanjakannya karena kasihan. Tapi, Muhammad menafsirkan perhatian ekstra ini sebagai konfirmasi dari angan-angan maha hebatnya. Bayangan yang dia ciptakan mengenai dirinya sendiri dalam sebuah dunia fantasi dimasa kecil dengan demikian diperparah oleh pemanjaan berlebihan dari kakeknya. Dia seakan lebih dipastikan lagi sebagai orang spesial, unik dan luar biasa.

Setelah kematian Abdul Muttalib, pamannya yang baik hati yakni Abu Talib, juga memperlakukannya berbeda dari yang lain. Statusnya sebagai yatim, tanpa orang tua atau saudara, mengundang rasa simpati. Baik kakek maupun pamannya terlalu memanjakan dan menurut pada dia. Mereka gagal menerapkan disiplin yang cukup padanya. Semua keluar biasaan ini menyumbang pada perkembangan pribadi narsisistiknya. Pakar psikologi J. D. Levine dan Rona H. Weiss menulis:

Seperti kita ketahui, dari sudut pandang fisiologi, bahwa seorang anak perlu diberi makanan secukupnya, yang dia perlukan utk melindungi dari temperatur yg ekstreme, dan bahwa atmosfir yang dia hirup harus berisi oksigen yang cukup, jika tubuhnya mau menjadi kuat dan ulet, jadi kita juga tahu, dari sudut pandang psikologi yang lebih dalam, bahwa dia memerlukan suasana yang empatik, khususnya, sebuah suasana yg menjawab (a) kebutuhan agar keberadaannya diakui dalam semangat kesenangan orang tuanya dan (b) kebutuhan utk bersatu kedalam ketenangan yang meyakinkan dari orang dewasa yg lebih kuat, jika dia dirinya mau menjadi teguh dan ulet. [13]
[13] J. D. Levine and Rona H. Weiss. The Dynamics and Treatment of Alcoholism. Jason Aronson, 1994

Muhammad mendapat pengalaman diabaikan dan disia-siakan pada enam tahun pertama kehidupannya, dan pemanjaan yang berlebihan setelah itu. Keadaan dia ini dg demikian membuatnya matang dan kondusif utk menjadi seorang narsisis.

Muhammad tidak pernah membicarakan ibunya. Jika dia pernah membicarakannya, pastilah ada tercatat dalam hadits. Dia kunjungi makam ibunya setelah menaklukan Mekah, tapi dia menolak utk berdoa baginya. Apa tujuan dari kunjungannya itu? Mungkin ini adalah usaha utk memulihkan nama baiknya, sebuah cara utk membuktikan pada ibunya bahwa meski dia disia-siakan, dia telah berhasil. Dilain pihak dia ingat kakeknya, yang menghujaninya dengan cinta dan memberinya kelimpahan pujian bagi jiwa narsisisnya, dengan penuh sayang.

Para psikologis mengatakan pada kita bahwa lima tahun pertama kehidupan seorang anaklah yang membentuknya atau merusaknya. Kebutuhan emosional Muhammad dimasa lima tahun pertama kehidupannya tidak dipenuhi. Dia membawa kenangan menyakitkan akan tahun2 kesepian karena diabaikan dan disia-siakan kedalam masa dewasa dan masa tua. Dia tumbuh dengan kegelisahan dan punya rasa pengertian terhadap dirinya sendiri yang berfluktuasi, sebuah kelemahan yang dia coba sembunyikan dengan melebih2kan kesombongan lewat pertumbuhan rasa punya hak, keagungan, kekurangan empati dan ilusi superioritas.

Muhammad memilih tuhan sebagai pasangannya. Sekutu khayalannya ini maha kuasa dan maha kuat. Ini membuat dirinya kuat tanpa batas. Dia satu-satunya yg punya akses langsung ke Allah dan dialah satu-satunya penguasa dibumi. Agar yakin tak seorangpun merampas posisinya, dia juga mengklaim sebagai nabi terakhir. Kekuasaannya, dg demikian, menjadi mutlak dan kekal.