Seorang narsisis membutuhkan pengagum. Dia menarik lingkaran khayal disekeliling dirinya, dimana dia menjadi pusatnya. Dia kumpulkan para fans dan pengikutnya kedalam lingkaran tersebut, menghadiahi mereka dan mendorong mereka utk menjadi seorang penjilat terhadap dirinya. Mereka yang jatuh keluar lingkaran, dia anggap sebagai musuhnya. Vaknin menjelaskan:
Seorang Narsisis adalah guru/pemimpin spiritual pada pusat sebuah pemujaan (cult). Seperti guru2 lainnya, dia menuntut kepatuhan total dari jemaahnya: istrinya, anaknya, anggota keluarga lainnya, teman2 dan kolega2. Dia merasa berhak utk dipuja dan diperlakukan spesial oleh para pengikutnya. Dia menghukum orang yang tidak patuh dan domba2 yang tersesat. Dia paksakan disiplin, ketaatan pada ajaran2nya dan tujuan2nya. Semakin kurang prestasi yang dia capai dalam kenyataan – semakin keras penguasaannya dan semakin meresap pencucian otaknya.

Kontrol dari orang2 narsisis didasarkan pada kemenduaan, pendirian yang tidak dapat ditebak, ketidakjelasan dan penyalah gunaan situasi. [7] Tingkahnya yang berubah-ubah secara eksklusif mendefinisikan benar lawan salah, yang diinginkan dan yang tidak diinginkan, apa yang harus dicapai dan apa yang harus dihindarkan. Dia sendiri menetapkan apa yang benar dan kewajiban2 dari para pengikutnya dan mengubah-ubah mereka semau dia.
[7] Penyalah gunaan situasi itu tersamarkan, tidak kentara, perlakuan tidak wajar yang kadang tidak terperhatikan oleh korbannya sendiri, hingga keadaan sudah terlambat. Penyalahgunaan situasi menembus dan meresap kedalam segala hal – tapi sulit utk dikenali dan ditunjuk. Perlakuan ini berlaku mendua, mempengaruhi kondisi dan tersebar. Karenanya ia punya efek yang busuk dan merusak. Sejauh ini, perlakuan ini adalah yang paling berbahaya dalam hal penganiayaan yang ada. Ini adalah akibat dari ketakutan – takut kekerasan, takut akan hal yg tidak diketahui, takut akan hal2 yang tidak bisa diperkirakan, yang tak terduga dan sewenang-wenang. Ini dilakukan dengan melakukan petunjuk2 samar, dengan menyesatkan, dengan bohong yang terus menerus – dan tidak perlu, dengan meragukan dan penghinaan yang gigih, dan dengan mengilhami suasana yang penuh kesuraman dan malapetaka ("gaslighting").

Orang narsisis adalah seorang manajer mikro. Dia memaksa utk mengatur semua rincian yang detil dan segala tindak-tanduk. Dia menghukum dengan kejam dan menganiaya mereka yang menahan informasi dan mereka yang gagal utk memenuhi harapan dan tujuannya.

Orang narsisis tidak menghormati batas2 dan privasi dari para pengikutnya yang terpaksa. Dia mengabaikan harapan2 mereka dan memperlakukan mereka sebagai objek atau alat utk kepuasan diri. Dia berusaha utk mengontrol baik situasi maupun orang2nya secara paksa.

Dia dengan keras tidak menyetujui otonomi dan kemandirian orang lain. Bahkan aktivitas yang tidak berbahaya, seperti bertemu teman atau mengunjungi keluarga perlu mendapat ijinnya dulu. Pelahan, dia mengisolasi mereka yang dekat dengannya sampai mereka sepenuhnya tergantung pada dia secara emosional, seksual, finansial dan sosial.

“Dia berlaku dalam sebuah cara seakan menjadi pelindung dan sekaligus merendahkan dan sering mengkritik. Dia berpindah-pindah dari menekankan kesalahan2 detil (merendahkan) dan melebih-lebihkan bakat2, perlakuan2 dan kemampuan2 dari anggota cultnya. Dia tidak realistis dalam pengharapan2nya, lalu mengabsahkan penganiayaan setelahnya. [8]
[8] http://samvak.tripod.com/journal79.html

Muhammad menciptakan sebuah kebohongan besar yang oleh para pengikutnya dipercaya sebagai kebenaran yang mutlak. Bahayanya adalah bahwa mereka, seperti juga orang2 yang percaya pada kebohongan Hitler, adalah para pengikut yg ikut secara sukarela.
Dalam bab sebelumnya, dimana kita baca pengenalan pada Muhammad, kita lihat bagaimana diapisahkan para pengikutnya dari keluarga2 mereka dan tahap kontrol yang dia paksakan pada kehidupan pribadi mereka. Situasi ini tidak berubah banyak setelah 1400 tahun juga. Saya telah menerima banyak kisah2 menyedihkan dari orang tua yang bilang anak mereka masuk islam dan sekarang dikelilingi oleh muslim yang membujuk mereka agar jangan mengunjungi orang tua mereka.